Utang Naik, Menkeu: RI Masih Lebih Baik dari Negara Lain

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA.co.id – Defisit anggaran pemerintah dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami trend kenaikan. Padahal pada 2008 silam, defisit anggaran masih berada di kisaran 0,08 persen, atau Rp4,1 triliun terhadap produk domestik bruto.

Viral Aksi Emak-emak di Makassar Mengamuk Sambil Ancam Pakai Parang Penagih Utangnya

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, kenaikan defisit setiap tahunnya memang mengerek total utang pemerintah, yang pada tahun lalu mencatatkan angka Rp3,466,9 triliun. Sehingga, rasio utang terhadap PDB tahun lalu mencapai 27,5 persen.

Namun, meskipun defisit anggaran terus mengalami kenaikan, perekonomian Indonesia tetap mampu pertumbuhan yang relatif menggembirakan dibandingkan sejumlah negara. Bahkan, rasio utang Indonesia pun masih relatif jauh lebih rendah dari negara-negara lain.

Rasio Utang Pemerintah 2025 Ditargetkan Naik Jadi 40 Persen, Kemenkeu Buka Suara

“Kenaikan defisit di atas dua persen, memang menyebabkan kenaikan jumlah utang tiap tahun. Tapi kalau dilihat dari sisi size (besaran), ekonomi kita terus maju,” kata Ani, sapaan akrab Sri Mulyani dalam sebuah diskusi di gedung parlemen, Jakarta, Senin 20 Februari 2017.

Negara-negara berkembang lain seperti India, mencatatkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 6,8-7 persen. Namun, defisit anggaran India tembus 7,2 persen, sehingga rasio utang mereka dalam tiga tahun terakhir melonjak hingga 25 persen, atau setara dengan rata-rata seluruh utang pemerintah.

Ini Penyebab Aset PLN Nusantara Power Melesat Jadi Rp 350 Triliun

Kemudian Yunani dan Jepang yang saat ini rasio utangnya masing-masing di kisaran 200 persen, dan 20 persen. Lalu, Amerika Serikat dan Jerman yang memiliki rasio utang relatif tinggi. Hanya beberapa negara latin seperti Peru dan Kolombia yang memiliki rasio utang sehat.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menilai, kondisi perekonomian global memang masih menjadi isu utama, belum teroptimalisasinya penerimaan negara, di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

“ini yang menyebabkan defisit APBN pemerintah melonjak dalam tiga tahun terakhir. Maka, kami mendesain APBN sekarang sebagai counter cyclical,” tegas Ani. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya