Penembak di Washington Dipengaruhi Suara Gaib

Aaron Alexis, pelaku penembakan di markas AL AS
Sumber :
  • REUTERS/Fort Worth Police Department/Handout via Reuters
VIVAnews -
9 Petarung Indonesia Hadapi China di One Pride MMA King Size New Champion
Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) merilis video dan foto pelaku penembak di markas Angkatan Laut AS, Aaron Alexis, yang menewaskan 12 orang. Menurut laporan FBI, dalam aksi itu, Alexis hanya beraksi sendiri dan tidak menyasar target khusus.

DPR Segera Panggil KPU, Bahas Evaluasi Pemilu hingga Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Kantor berita
Sebut Sahabat Lama, Prabowo Unggah Foto Ketemu Surya Paloh Deklarasi Nasdem Bergabung
Reuters , 25 September 2013 melansir dalam video itu terekam Alexis yang mengendarai mobil Toyota Prius sewaan berwarna biru masuk ke dalam tempat parkir markas AL sebelum pukul 8 pagi waktu setempat. Dengan membawa tas ransel, dia masuk ke dalam gedung sistem komando AL, melalui sebuah pintu.

Dalam video singkat itu juga menunjukkan Alexis, menenteng senjata shotgun jenis Remington 870 dan mengenakan pakaian berwarna gelap, turun dari tangga atas. Dia kemudian berjalan di sepanjang koridor dalam posisi jongkok.

Senapan yang dia tenteng siap diarahkan kepada siapa pun. Dari ujung sebuah koridor, para karyawan di gedung tersebut dapat terlihat sekilas.


Dia juga mengintip orang-orang dari ujung lorong dan siap memuntahkan timah panas ke sebuah ruangan walau senapan itu tidak meletus.


Sementara di dalam foto yang ditunjukkan FBI, terlihat tas ransel milik Alexis masih menggantung di toilet. FBI menyebut di dalam toilet di lantai empat itulah, Alexis merakit senjata shotgunnya.


Belakangan, dia juga membawa senapan tangan jenis Baretta. Korban pertama ditembak mati Alexis pada pukul 8.16 waktu setempat.


Polisi kemudian menerima panggilan darurat satu menit kemudian dari telepon lantai empat gedung itu. Alexis lalu terbunuh di tangan polisi usai terjadi baku tembak dengan mereka selama satu jam, tepat pukul 09.26.


Pertanyaan kemudian mengarah kepada bagaimana dia memiliki akses untuk dapat masuk ke gedung itu. Padahal dia pernah memiliki catatan kriminal penyalahgunaan senjata dan sudah dipecat dari markas AL. Namun mereka tidak mengungkap hal itu.


Pengaruh gelombang elektromagnetik
FBI hanya menyebut bahwa motif Alexis melakukan penembakan membabi buta pada tanggal 16 September lalu karena dia merasa dikendalikan oleh gelombang elektromagnetik frekuensi rendah.


Asisten Direktur FBI, Valerie Parlave, mengungkap komunikasi yang diperoleh dari laptop dan peralatan komunikasi elektronik lainnya milik Alexis. Dari kedua benda itu, diduga Alexis telah menjadi target oleh gelombang frekuensi rendah tersebut.


"Serangan frekuensi yang sangat rendah disebut telah menginvasi selama tiga bulan terakhir, dan jujur itulah yang telah mendorong saya melakukan hal ini," tulis Alexis dalam sebuah pesan.


Gelombang elektromagnetik itu diyakini berada di antara tulisan yang ada di senjata shotgun jenis Remington 870. Alexis menyebut senjata yang dia gunakan untuk membantai belasan orang itu "Senjata ELF ku".


Pesan lain yang tertulis di senjata itu: "Akhiri penderitaan ini. Bukan seperti apa yang kalian katakan. Lebih baik minggir!".


Parlave mengatakan teknologi ELF merupakan program legal yang digunakan untuk berkomunikasi di dalam kapal selam. Namun banyak teori konspirasi yang menyebut teknologi ini kerap digunakan pemerintah untuk mengawasi dan memanipulasi orang-orang tertentu yang dicurigai.


Dalam bahasa sederhana, FBI mengatakan Alexis mengalami gangguan kejiwaan dan mereka memiliki beberapa indikator yang menguatkan dugaan itu.


"Ada beberapa indikator bahwa Alexis memiliki halusinasi dirinya tengah dikendalikan oleh gelombang elektromagnetik frekuensi rendah," ungkap Parlave seperti dikutip laman
USA Today.


Selain itu, FBI juga menduga, Alexis sudah bersiap mati dalam serangan membabi buta itu. Mereka mengira Alexis melihat serangan kemarin sebagai misi bunuh diri.


"Ada beberapa dugaan juga yang menilai bahwa Alexis telah siap mati dalam serangan itu. Dia sadar dirinya akan mati sebagai konsekuensi dari aksinya sendiri," imbuh Parlave.


Barang bukti yang kini masih tengah diselidiki oleh FBI antara lain USB dan alat penyimpan data eletronik. Mereka juga menyita tas ransel Alexis yang digunakan untuk menyembunyikan senjatanya.


Sementara di Markas Pentagon, Wakil Menteri Pertahanan, Ashton Carter menyayangkan mengapa petugas keamanan tidak berhasil mendeteksi aksi Alexis lebih dulu. Padahal berdasarkan penelusuran latar belakang tahun 2007 silam ditulis, Alexis pernah melakukan hal serupa tahun 2004.


Sebuah fakta yang diungkap AL pada Senin kemarin menyebut, Alexis pernah meledakkan ban-ban mobil di Seattle tiga tahun sebelum dia bergabung ke AL.


"Yang benar-benar menarik perhatian saya dan Menteri adalah sebuah fakta jelas bahwa sudah terjadi peristiwa serupa di masa lampau sebelum aksi penembakkan di markas AL," kata Carter.


Sementara perusahaan Hewlett-Packard Co memutus kontrak dengan perusahaan subkontraktor yang mempekerjakan Alexis di markas AL, The Experts. Alasannya The Expert gagal mengantisipasi permasalahan kesehatan jiwa yang dialami Alexis. (adi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya