Wapres JK 'Ceramah' soal Terorisme di KTT ASEM

Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla.
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA.co.id – Pada pertemuan Asia-Europe Meeting Summit (KTT ASEM), di Ulan Bator, Mongolia, 15-16 Juli kemarin, Wakil Presiden Jusuf Kalla bersama para pemimpin ASEM lainnya menyampaikan keprihatinan dan mengutuk keras sejumlah serangan teroris di berbagai belahan dunia, termasuk Asia dan Eropa.

Kemarin Gamblang, Kini Rusia Secara Resmi Salahkan Ukraina atas Serangan Terorisme di Moskow

Seperti diketahui, serangan teror baru saja terjadi di kota Nice, Prancis selatan, dan menewaskan 84 orang. Dalam hal ini disepakati untuk lebih meningkatkan kerja sama internasional dan penyelesaian hukum, terhadap pelaku terorisme sesuai dengan piagam PBB dan hukum internasional.

"Kita jangan hanya melihat kapan dan di mana suatu tindakan terorisme terjadi. Kita juga harus melihat lebih dalam akar permasalahan dan penyebab aksi teror tersebut," kata Wapres Kalla dalam sambutannya, melalui keterangan pers, Minggu, 17 Juli 2016.

Kremlin: Presiden Vladimir Putin Rasakan Kesedihan Mendalam Atas Aksi Terorisme di Moskow

Pernyataan Wapres ini didukung oleh beberapa pemimpin negara-negara ASEM. Ia juga menekankan bahwa aksi unilateralisme terhadap negara-negara gagal justru memperkuat timbulnya reaksi negatif yang lebih luas.

Terorisme dijadikan sebagai ekspresi luapan kemarahan rakyat dari negara-negara yang diserang. Ia menekankan bahwa tindakan unilateral dapat dinilai sebagai bentuk dari state-radicalism.

4 Pelaku Terorisme Moskow Ternyata di Bawah Pengaruh Obat-Obatan Terlarang

Wapres juga menyampaikan bahwa aksi terorisme saat ini telah meluas dari negara gagal (failed-state) ke negara-negara yang stabil.

Oleh karena itu, diperlukan kerja sama rekonstruksi pembangunan politik, ekonomi dan sosial untuk menanggulangi akar permasalahan terorisme di negara gagal tersebut.

Remaja 16 tahun yang menikam pendeta dan bishop di Australia

Remaja Tikam 2 Pendeta Resmi Ditetapkan Sebagai Tersangka Terorisme

Remaja laki-laki berusia 16 tahun yang dituduh menikam dua pendeta saat kebaktian gereja di kota Sydney, Australia timur, resmi didakwa melakukan pelanggaran terorisme.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024