Djan Faridz: Saya Belum Tentu Penuhi Panggilan Bawaslu

Ketua Umum DPP PPP Muktamar Jakarta, Djan Faridz.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA.co.id – Ketua Umum DPP PPP versi Muktamar Jakarta, Djan Faridz belum memastikan akan datang memenuhi panggilan Badan Pengawas Pemilu DKI Jakarta, terkait dugaan politik uang saat kampanye untuk pasangan Basuki Tjahaja Purnama  - Djarot Saiful Hidayat, beberapa waktu lalu. 

Bamsoet Nilai Sistem Demokrasi Pemilu Langsung Perlu Dikaji Ulang karena Marak Politik Uang

Djan merasa tidak melakukan hal yang dilaporkan ke Bawaslu tersebut. Dia pun membantah tuduhan melakukan politik uang. "Saya belum tentu akan datang memenuhi panggilan Bawaslu. Saya menolak jika disebut melakukan politik uang. Saya hanya membagikan uang kepada anak-anak kecil yang (tidak) punya hak pilih," ujarnya di Cakung, Jakarta Timur, Rabu, 5 April 2017.

Djan dilaporkan ke Bawaslu DKI Jakarta oleh Komunitas Kebangkitan Jawara dan Pengacara (Bang Japar), Jumat, 31 Maret 2017. Dia dilaporkan dengan dugaan melakukan politik uang ketika kampanye untuk Ahok-Djarot, di Kemayoran Gempol, Jakarta Pusat, 28 Maret 2017. Bawaslu akan memanggil Djan untuk meminta penjelasannya.

SBY Minta Prabowo Perbaki Sistem Pemilu: Politik Uang Makin Menjadi, Lampaui Batas Kewajaran!

Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal DPP PPP Sudarto menegaskan, tindakan Djan Faridz memberikan uang kepada anak-anak di lokasi itu bukan untuk melakukan politik uang. 

"Enggak ada politik uang. Itu anak kecil-kecil karena dia berebut cium tangan dengan Pak Djan Faridz. Namanya pak Djan Faridz itu udah biasa nyantunin anak yatim," kata Sudarto saat dihubungi VIVA.co.id, Jakarta, Sabtu, 1 April 2017 malam.

Singgung Politik Uang Pemilu 2024, AHY: Ugal-ugalannya Luar Biasa

Sudarto menjelaskan, kondisi itu bukan hal yang disengaja lantaran saat hendak pulang, sejumlah anak mendatangi Djan dan ingin bersalaman.

"Melihat situasi seperti itu beliau tabayyun. Jadi beliau mau pulang ada anak kecil nyamperin cium tangan. Namanya anak kecilkan enggak punya hak pilih. Dikasih uang bukan niat money politic. Tapi itu bentuk daripada kasih sayang orang tua kepada anak-anak," ujar Sudarto. 

Laporan Simon Tobing (Jakarta)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya