- usgs.gov
VIVAnews -- Bumi Sukabumi berguncang saat bidang pertemuan lempeng bergeser, Senin 4 Juni 2012 pukul 18.18 Waktu Indonesia Barat. Kekuatan lindu mencapai angka 6,1 skala Richter.
Getaran bahkan menjalar sampai Jakarta, membuat panik orang-orang yang berada di gedung-gedung tinggi. Juga di Bandung, Jawa Barat.
Meski tak sampai merenggut nyawa, gempa menyebabkan sejumlah rumah rusak bahkan roboh. Kepala Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukabumi, Usman Susilo mengatakan, hingga saat ini, terdata 82 rumah mengalami kerusakan. 12 di antaranya parah.
"Tersebar di enam kecamatan yakni, Pabuaran, Tegal Buled, Pagaranten, Simpenan, Ciemas, dan Cidolok," kata dia, Selasa 5 Juni 2012.
Dia menambahkan, kondisi terparah ada di Cidolok, di mana 50 rumah rusak. "Kondisi tanah di Cidolok memang labil," tambah Usman Susilo.
Usman menambahkan, untuk dua korban luka, Pipi (12) dan Imalia (2) juga berkaitan dengan rubuhnya sejumlah rumah. "Mereka luka akibat tertimpa reruntuhan rumah," kata dia.
Saat ini, dua posko telah didirikan, yakni di kantor BPBD dan Cidolok. BPBD juga sedang membuat posko tambahan dan menyiapkan kebutuhan logistik untuk para korban. "Semua dibawa kordinasi Kodim Sukabumi. BPBD masih terus melakukan pemantauan, karena masih ada daerah pelosok yang belum didapat informasinya," kata Usman.
Sukabumi yang terletak di pesisir selatan Jawa memang rentan diguncang gempa. Pada 2 September 2009 lalu, misalnya, ratusan rumah penduduk di kota itu rusak parah, 98 di antaranya ada di Kecamatan Cireuhat.
Di Kecamatan Cisolok, Kota Sukabumi, lindu bahkan telah menelan satu orang yang tertimpa tebing saat gempa berlangsung. Tak hanya itu, Mesjid Baiturrahman yang berlokasi di Desa Ciganyang, Kecamatan Cisaat, Kota Sukabumi, kubahnya ambrol akibat gempa yang hanya beberapa menit tersebut. (eh)
Terpopuler: Pengakuan Mengejutkan Shin Tae-yong, Pertemuan Justin Hubner dan Zahra
Pelatih Timnas Indonesia U-23, Shin Tae-yong membuat pengakuan mengejutkan. Dia membeberkan apa yang dialami oleh Marselino Ferdinan yang sempat jadi sasaran kritik.
