Wakil Ketua MPR: Rakyat Nyaman Kok Punya Tetangga Beda Agama

Sejuta Lidi
Sumber :
  • VIVAnews/Adri Irianto

VIVAnews - Wakil Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hadjrianto Thohari mempertanyakan metodologi survei Lingkaran Survei Indonesia Community dan Yayasan Denny JA. Survei ini merilis rendahnya tingkat toleransi keberagaman di Indonesia.

Hadjrianto mengaku dalam melihat kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, dia tak melihat semakin rendahnya toleransi antar masyarakat. "Masyarakat nyaman-nyaman saja kok punya tetangga beragama lain," kata Hadjrianto di Gedung DPR, Senin 22 Oktober 2012.

Hadjrianto mengatakan, kemungkinan ketidaknyamanan itu terkait pada perbedaan kebiasaan gaya hidup saja, bukan pada soal perbedaan agama. Misalnya, kata Hadjrianto, soal kebiasaan memelihara anjing atau babi, soal bunyi adzan dengan sound system yang terlalu keras, dan soal-soal lain-lainnya yang menyangkut kebiasaan hidup bertetangga.

Hadjrianto kemudian mencontohkan, adanya hidup bertetangga yang dinilai kurang nyaman, misalnya, orang beragama Kristen bukannya tidak nyaman memiliki tetangga Islam, tapi merasa tidak nyaman di pagi-pagi buta dibangunkan suara adzan dari masjid dengan pengeras suara.

Sebaliknya, orang Islam merasa tidak nyaman karena tetangganya dengan orang Kristen yang memelihara anjing atau bahkan babi. "Jadi tidak nyaman bukan karena soal agamanya tetangga berbeda, tapi soal kebiasaan hidup sehari-hari saja," kata dia.

Sehingga yang menjadi masalah, kata Hadjrianto adalah bagaimana antar tetangga mau menyesuaikan kebiasaannya dalam hidup sehari-hari sehingga tetangganya nyaman.

"Jika tahu tetangganya tidak nyaman dengan anjing dan gonggongannya di malam hari ya jangan piara anjing lah. Apalagi anjingnya dilepas secara bebas lagi," kata dia.

Sementara, Sekretaris Fraksi Partai Hanura Saleh Husein justru berpendapat lain. Dia menilai hasil survei itu hanya berlaku di wilayah tertentu saja. Oleh karena itu, bagi yang tidak hidup dalam wilayah itu seharusnya dapat memberikan contoh kepada orang yang tinggal di wilayah konflik.

"Saya kira pendidikan budi pekerti harus ditanamkan sejak dini pada sekolah dasar. Nilai-nilai luhur Pancasila sudah mulai luntur pada generasi muda kita. Di sinilah peran pemerintah untuk terus mensosialisasikan nilai-nilai tersebut," kata dia.

Tesla Bakal Luncurkan Mobil Listrik Murah? Ini Kata Elon Musk

Diberitakan sebelumnya, hasil survei LSI Community menyebut tentang meningkatnya populasi orang yang tidak nyaman dengan perbedaan, seperti perbedaan agama dan orientasi seksual.

Aktivis dari LSI Community, Ardian Sopa, mengungkapkan pengambilan data untuk survei ini dilakukan pada tanggal 1 - 8 Oktober 2012 dengan jumlah responden sebanyak 1.200. Survei sendiri menggunakan metode wawancara melalui tatap muka dan margin of error diperkirakan sekitar plus minus 2,9 persen.

Survei pertama LSI, mengungkapkan bahwa sebanyak 15 persen responden tidak menerima bertetangga dengan orang lain yang berbeda agama. Sedangkan dengan aliran syiah dan Ahmadiyah persentase intoleransinya masing-masing 41,8 dan 46,6 persen.

"Yang paling tinggi terhadap homoseksual yang mencapai 80,6 persen," papar Ardian, dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu 27 Oktober 2012.

Secara umum, seluruh bagian survei memperlihatkan persentase intoleransi yang meningkat. Mulai dari berbeda agama (dari 8,2 menjadi 15,1 persen), penganut Syiah (dari 26,7 menjadi 41,8 persen), penganut Ahmadiyah (dari 64,7 menjadi 80,6 persen). (Umi)

Wapres terpilih Gibran Rakabuming Raka

Prabowo Gandeng PKB dan Nasdem, Gibran: Ini Bukan Meninggalkan PDIP

Wakil presiden (wapres) terpilih 2024-2029, Gibran Rakabuming Raka buka suara terkait manuver presiden terpilih Prabowo Subianto menemui sejumlah pimpinan partai politik.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024