Sumber :
- ANTARA/Wahyu Putro A
VIVAnews -
Perusahaan pemenang proyek pengadaan alat simulator SIM, PT Citra Mandiri Metalindo Abadi (PT CMMA), semula memproduksi tutup botol. Menurut Andif Muhpti, Manager Relationship Bank Negara Indonesia (BNI), perusahaan ini mulai mengerjakan proyek pelat kendaraan bermotor sejak 2003.
Dalam kesaksian di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Selasa 21 Mei 2013, Andif mengatakan, "PT CMMA itu di Narogong Bekasi, sebelumnya perusahaan pembuat tutup botol," kata Andif yang bersaksi untuk terdakwa korupsi pengadaan alat simulator SIM, Irjen Djoko Susilo.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Dalam kesaksian di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Selasa 21 Mei 2013, Andif mengatakan, "PT CMMA itu di Narogong Bekasi, sebelumnya perusahaan pembuat tutup botol," kata Andif yang bersaksi untuk terdakwa korupsi pengadaan alat simulator SIM, Irjen Djoko Susilo.
Baca Juga :
Geger Seorang Ulama Pesohor Kritik Nabi Muhammad
Menurut Andif, Direktur Utama PT CMMA, Budi Susanto merupakan debitur tetap BNI. Untuk proyek simulator SIM tahun 2011, Budi semula mengajukan permohonan kredit sebesar Rp85 miliar. Namun, Budi kemudian meralat ajuan kreditnya menjadi Rp100 miliar. "Saya tahunya proyek ini mencapai Rp190-an miliar," ungkapnya.
Dana simulator dicairkan tiga tahap
BNI kemudian mengabulkan dan mencairkan dana Rp100 miliar untuk Budi untuk proyek pengadaan alat simulator SIM roda dua dan empat di Korlantas Polri. Pencairan ini dilakukan dalam tiga tahap.
Pada Januari 2011 BNI mencairkan Rp30 miliar, kemudian Februari 2011 sebesar Rp9 miliar. "Terakhir Maret sebesar Rp50 miliar lebih," jelas Andif.
Meski mengaku tak mengenal dan tak pernah bertemu Djoko Susilo. Namun Andif sempat mengklarifikasi pemberian kredit itu kepada Djoko melalui
call memo
pada 20 Desember 2010.
Kemudian, Ketua Majelis Hakim, Suhartoyo bertanya pada Andif, mengapa proses pencairan uang yang sangat besar tersebut bisa begitu cepat. Sementara surat perintah kerja (SPK) belum keluar.
Menjawab pertanyaan hakim, Andif sempat gugup. "Karena melihat PT CMMA merupakan debitur BNI sejak 2003," kata dia.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Menurut Andif, Direktur Utama PT CMMA, Budi Susanto merupakan debitur tetap BNI. Untuk proyek simulator SIM tahun 2011, Budi semula mengajukan permohonan kredit sebesar Rp85 miliar. Namun, Budi kemudian meralat ajuan kreditnya menjadi Rp100 miliar. "Saya tahunya proyek ini mencapai Rp190-an miliar," ungkapnya.
