Sadis, Bocah Tiga Tahun Tewas setelah Dibanting Ayahnya

Ilustrasi bayi.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id - Muhammad Aidil (3 tahun) tewas di tangan ayahnya, Hamuddin alias Unding (37 tahun), warga Desa Bentenge, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, kemarin.

Viral Aksi Emak-emak di Makassar Mengamuk Sambil Ancam Pakai Parang Penagih Utangnya

Bocah tak berdosa itu meninggal dunia setelah dibanting-banting ayahnya. Berdasarkan hasil visum, Aidil mengalami luka hebat pada sejumlah bagian tubuhnya, di antaranya, krepitasi atau retak tulang leher sampai puncak kepala, memar dan lecet kepala bagian belakang, dan pendarahan hidung. Luka memar juga pada punggung dan paha.

Menurut polisi, peristiwa penganiayaan balita itu terjadi kala ibu korban, Enni (30 tahun), menitipkan Aidil kepada neneknya, Mono (60 tahun). Enni hendak pergi ke sawah untuk bekerja. 

Remaja yang Viral Keroyok Pelajar SMP di Makassar Ditangkap, Ada 5 Pelaku Masih Dibawah Umur

Beberapa lama kemudian, Hamuddin alias Unding, datang ke rumah mertuanya untuk mengambil Aidil. Jaraknya hanya sekitar 20 meter dari rumah pelaku. Dia ingin membawa pulang Aidil untuk memandikannya di rumah sendiri.

"Tidak berselang lama, Nenek Mono itu ke rumah pelaku untuk mengambil cucunya. Setibanya, nenek korban ini melihat pelaku membanting balitanya sendiri berulang-ulang kali ke tanah," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Maros, Ajun Komisaris Polisi Jufri Natsir, kepada VIVA.co.id pada Rabu, 15 Maret 2017.

FKUB Sulsel Larang Pendeta Gilbert Datang ke Makassar, Ini Alasannya

Para tetangga pun mendengar teriakan Mono yang ketakutan melihat cucunya dibanting berulang kali. Seorang tetangga datang dan mencoba menyelamatkan balita itu, yang kondisinya sudah lemas dan meregang nyawa. "Tapi korban yang belum sempat dilarikan ke rumah sakit, tak dapat tertolong lagi," kata Natsir.

Unding, kata Natsir berdasarkan keterangan keluarga, ditengarai mengalami gangguan jiwa. Kondisi kejiwaan Unding sempat pulih namun belakangan kambuh lagi.

“Berdasarkan pengakuan keluarganya sendiri, pelaku memang punya sejarah gangguan jiwa dan pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa di Kota Makassar pertengahan tahun 2016,” katanya.

Setelah keluar dari Rumah Sakit Jiwa, pelaku biasanya hanya berdiam di rumah dan sesekali mengamuk. Karena tidak bisa bekerja lagi, pekerjaan di sawah diambil alih istrinya. Enni selalu menitipkan anaknya kepada ibunya atau nenek Aidil setiap hendak pergi ke sawah.

“Saat diinterogasi, pelaku mengaku kalau anaknya itu dia pukul dan banting. Hanya itu katanya yang dia ingat,” kata Natsir.

Polisi akan meminta keterangan dari Rumah Sakit Jiwa Dadi di Makassar untuk mengetahui kondisi terkini kejiwaan Unding. "Jika pelaku tidak terbukti mengalami gangguan kejiwaan, maka penyelidikan akan dilanjutkan,” ujarnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya