Kisah Opa Hen, Pengabdian Pelatih Sepakbola Anak-anak

Pelatih Sepak Bola Sugih Hendarto
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAbola - Usianya sudah tak muda lagi, 80 tahun, tapi Sugih Hendarto, dikenal sebagai seorang pria pekerja keras. Opa Hen, begitu sapaan akrabnya, mengaku ingin tetap menjadi seorang yang produktif meski usianya sudah tak muda lagi.

Menurut Opa Hen, dengan memiliki kegiatan rutin, dirinya jauh dari penyakit pikun dan stres. Pada usianya saat ini, Opa Hen masih dipercaya melatih dua sekolah sepakbola, kendati porsi melatihnya sudah jauh berkurang.  

Dua sekolah sepakbola yang dipegang Opa Hen adalah Menteng Junior yang berlatih di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan dan ASIOP Apacinti di Senayan. Awalnya, dia masih melatih kelompok usia 10-15 tahun, belakangan, kakek dari 10 cucu ini dipercaya melatih kelompok usia pemula.

Mantan pelatih Persija Jakarta era 80-an ini mengaku masih memiliki gairah untuk melatih, terlebih yang ditanganinya adalah anak-anak. Semangat dan keceriaan anak-anak di lapangan membuatnya bergairah untuk terus melatih.

“Saya selalu tanamkan kepada anak-anak agar punya mental yang kuat, berkarakter, disiplin, dan tidak mudah menyerah. Tidak semua anak yang saya latih jadi pemain sepakbola, tapi nilai-nilai yang ditanamkan saat latihan bisa mereka terapkan di kehidupan sehari-hari,” ujar Opa Hen kepada VIVAbola.

Dari rumah tempat dia tinggal di Cibitung, Bekasi, Opa Hen berangkat ke tempat latihan menggunakan kendaraan umum. Kelima anaknya pun tetap mendukung kegiatan Opa Hen melatih, dan sampai sekarang dia masih belum berpikir untuk berhenti mengasah bakat anak-anak.

Rezeki Dadakan Rahmad Darmawan di Liga Malaysia

Pelatih Sepak Bola Sugih Hendarto

Opa Hen telah melahirkan sejumlah pemain nasional seperti Rahmad Darmawan, yang kini juga bahkan telah menjadi pelatih. Lalu, penyerang Sriwijaya FC, Syamsir Alam, dan punggawa Timnas Indonesia U-19, Muhammad Hargianto juga merupakan pemain hasil didikannya. 

“Dulu pernah waktu masih belum setua sekarang, ada tawaran melatih klub profesional, tapi saya tolak. Saya pilih tetap melatih kelompok umur, pemainnya belum terkontaminasi, belum mikirin uang, masih bisa saya marahin kalau salah, kalau yang senior sudah sering protes,” ungkapnya.

Mantan pemain PSB Bogor ini juga tak pernah berpikir bagaimana bisa menjadi kaya dengan berprofesi sebagai pelatih kelompok umur. Opa Hen mengaku, melatih adalah sesuatu yang dicintainya, sehingga uang bukan segalanya.

“Saya senang masih dipercaya melatih di usia sekarang. Mungkin susahnya menjadi pelatih kelompok umur, kalau ada orang tua anak didik saya yang mau kasih uang, tapi saya selalu tolak. Saya tidak mau nanti ada embel-embel. Saya nanti malah jadi tidak enak kalau tidak kasih main anaknya saat pertandingan, padahal anaknya memang mainnya tidak bagus,” jelasnya.

Awal Manis Rahmad Darmawan di Liga Malaysia

Filosofi Opa Hen Menular kepada RD

Sosok Hendarto bagi pelatih Persebaya Surabaya, Rahmad Darmawan (RD) memiliki arti sangat penting dalam kariernya sebagai pelatih usai memutuskan pensiun dari lapangan hijau. Kesan pertama yang dirasakannya, kesabaran Hendarto dalam mengasah kemampuan pemain-pemain yunior seperti RD dulu.

“Saya mulai mengenal tangan dingin Om Hen (panggilan akrab RD terhadap Hendarto) pada tahun 1986, ketika pertama kali masuk Persija. Tak mudah masuk skuad Persija, banyak nama besar kala itu. Tapi, saya justru dipercaya sering memimpin sesi latihan,” terang RD kepada VIVAbola.

Baru Melatih di Negeri Jiran, RD Dibebani Target Tinggi

Rahmad Darmawan

Di situlah naluri Hendarto terlihat. Dia melihat potensi anak didiknya seperti RD yang punya bakat memimpin. RD menceritakan kepercayaan besar Hendarto kepadanya, dan apa yang terjadi saat itu mempengaruhi kariernya sebagai pelatih sampai sekarang.

Tapi bukan hanya kesabaran yang jadi ciri khas Hendarto di mata eks pemain timnas Indonesia di era awal 1990-an tersebut. Hendarto diakui RD sebagai peletak filosofi dasar sepakbola yang mengombinasikan pengembangan kualitas dan skill  pemain dengan organisasi permainan.

Sebuah filosofi yang kini juga diterapkan di beberapa klub besar dunia seperti Barcelona maupun Bayern Munich. “Filosofi itu juga yang mempengaruhi pola melatih saya hingga kini,” ucap mantan pelatih Timnas Indonesia U-23 ini.

Selain teknik, pendekatan lain dalam membina anak asuhnya juga jadi nilai lebih Hendarto. RD mengaku merasakan dampaknya ketika masih aktif sebagai pemain sepakbola. Menurut RD, Hendarto punya sikap tenang, sabar, dan tak segan memarahi pemainnya jika mencederai sportivitas.

“Om Hen menjadi rujukan saya, di setiap tim yang saya latih. Saya merasa beruntung pernah dilatih Om Hen,” ujar dia.

Lihat berita menarik lainnya klik di sini

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya