Dua Pemain Muda Jadi Kambing Hitam Kekalahan Belgia

Bek Belgia, Jordan Lukaku (kiri), saat berduel dengan Gareth Bale.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Carl Recine

VIVA.co.id – Pil pahit harus ditelan Belgia saat menghadapi Wales di perempat final Piala Eropa 2016. Mereka kalah dengan skor 1-3 dan tersingkir dari turnamen terbesar antar negara Eropa tersebut.

Hasil Drawing UEFA Nations League: Timnas Italia dan Prancis Tergabung di Grup Neraka

Bermain di Stade Pierre Mauroy, Belgia unggul lebih dulu lewat gol cantik Radja Nainggolan pada menit 13. Namun, Belgia mengalami penurunan konsentrasi setelah berada dalam posisi yang menguntungkan.

Alhasil, Ashley Williams sukses menjebol gawang Thibaut Courtois dan menyamakan skor di menit 31. Babak pertama berakhir dengan skor 1-1.

Romelu Lukaku Lebih Garang Ketimbang Cristiano Ronaldo dan Kylian Mbappe

Tak ada perubahan yang dilakukan Belgia di paruh kedua. Akhirnya, Wales sukses membobol gawang Courtois sebanyak dua kali di masa ini lewat Hal Robson-Kanu dan Sam Vokes. Wales menang 3-1 dan memaksa Belgia angkat koper lebih awal.

Pelatih Belgia, Marc Wilmots, angkat bicara soal kekalahan dari Wales. Wilmots menilai krisis lini belakang yang dialami Belgia menjadi biang keladi dari kekalahan timnya.

Hasil Pertandingan Kualifikasi Piala Eropa: Belgia Ngamuk, Spanyol dan Portugal Menang

(Baca juga: Respon Apik Wales Usai Dibobol Gol Cantik Radja Nainggolan)

Memang, di laga melawan Wales, Wilmots tak bisa memainkan dua bek andalannya, Jan Vertonghen dan Thomas Vermaelen. Vertonghen harus absen karena mengalami cedera engkel saat berlatih. Sedangkan, Vermaelen tak bisa berlaga karena hukuman akumulasi kartu.

Wilmots pun terpaksa menurunkan beberapa pemain muda seperti Jason Denayer dan Jordan Lukaku. Penampilan keduanya ternyata jauh dari harapan. Bahkan, Denayer melakukan blunder fatal yang berujung pada gol Vokes di menit 86.

"Ini adalah kompensasi yang harus kami bayar atas kehilangan Vermaelen dan Vertonghen. Mereka berdua adalah pemain yang sangat berpengalaman dan bertalenta," kata Wilmots seperti dilansir Reuters.

"Sebelum kehilangan mereka, kami belum pernah kebobolan dalam tiga laga. Kami membuat kesalahan yang seharusnya tak boleh dibuat," lanjutnya.

Pelatih 47 tahun tersebut mengakui Wales bermain begitu pintar. Dia merasa Denayer dan Jordan Lukaku bermain terlalu gugup.

Meski begitu, Wilmots sadar Denayer dan Jordan Lukaku masih butuh jam terbang lebih banyak di turnamen internasional. "Kalian terkadang harus mengambil risiko saat menurunkan pemain muda. Mungkin mereka terlalu takut saat bermain, tapi itu tanggung jawab saya. Kalian belajar dari kesalahan. Jadi, ini bukanlah akhir dari semuanya," tutur Wilmots.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya