- persib.co.id
VIVA.co.id – Gebrakan baru diambil oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia dan operator Liga 1, PT Liga Indonesia Baru. Mereka menerapkan regulasi pemakaian pemain bintang berharga mahal alias marquee player dalam kompetisi musim depan.
Penerapan regulasi ini ditanggapi dengan reaksi beragam dari klub-klub peserta. Sekilas, penggunaan marquee player hanya menguntungkan klub yang kaya dan dengan mudah mencari uang.
Bagaimana dengan klub yang memiliki bujet terbatas dan pemasukannya kecil? Tentunya, aturan ini akan menyiksa mereka.
Secara teknis, klub yang tak menggunakan marquee player bisa kesulitan dalam bersaing karena materi pemain mereka yang pas-pasan.
"Kalau soal adil dan tidak, sepakbola bisa disebut tak adil jika regulasi itu tak boleh berubah saat kompetisi berlangsung. Itu esensi yang paling hakiki. Selama tak menyentuh titik tersebut, ini dikatakan sebagai hal yang normal," kata Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, kepada VIVA.co.id.
PSSI, disebutkan Joko, sudah memiliki jalan keluar demi membatasi pergerakan klub dalam merekrut marquee player. Maksimal, anggaran kontrak marquee player adalah Rp15 miliar per musimnya.
Joko menyatakan penerapan marquee player sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan nilai Liga 1. Menurut Joko, kedatangan marquee player berguna untuk perkembangan sepakbola Indonesia.
"Dengan adanya regulasi ini, tentu kami ingin meningkatkan nilai dari sebuah kompetisi. Dengan banyaknya pemain top ke Indonesia, itu menjadi nilai jual sepakbola Indonesia juga," kata pria yang akrab disapa Jokdri itu.
"Tapi, perlu diingat, harga itu harus sebanding dengan kualitas. Percuma datang pemain top tapi tak memiliki kualitas. Keduanya harus sebanding," lanjut dia.
Sejauh ini, baru Persib Bandung yang memiliki marquee player, yaitu Michael Essien. Madura United kemungkinan menjadi klub paling baru yang punya marquee player. Mereka sedang mengincar eks pemain Stoke City, Peter Odemwingie. (ase)
