Cara Negara Asia Tenggara Sadap Warga Negaranya

Ilustrasi hacker
Sumber :
  • iStock

VIVA.co.id - Pengawasan negara atas warga negara tak hanya dilakukan negara barat. Negara di Asia Tenggara juga terungkap memata-matai warganya, khususnya dari kalangan aktivis.
 
Dilansir dari Asiasentinel, Senin 13 Juli 2015, hal ini terbongkar setelah peretas anonim pada awal Juli masuk ke jaringan perusahaan bayangan terkenal berbasis di Italia, The Hacking Team. Perusahaan ini diketahui telah memiliki kantor di berbagai belahan dunia yaitu di Milan (Italia), Washington DC (AS), dan Singapura.

The Hacking Team diketahui merupakan salah satu dari setengah lusin perusahaan yang diidentifikasi sebagai "tentara bayaran digital". Julukan itu tak lepas dari bisnisnya yang menjual produk kepada pemerintah negara untuk bisa memata-matai warganya secara rahasia.

Dilaporkan, peretas telah berhasil mengunduh 400 GB dokumen internal, kode sumber, komunikasi email dengan pemerintah dan membuangnya di internet. Dokumen tersebut menggambarkan tentang cerita mengerikan dari beberapa negara represif di dunia, di antaranya Sudan, Arab Saud, Azerbaijan, dan Kazakhstan. 

Menariknya, "pelanggan" top Asia perusahaan bayangan ini yaitu Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand.

Dari jumlah kocek negara yang digelontorkan, Malaysia merupakan negara ketujuh yang paling banyak mengeluarkan duit untuk berlangganan fasilitas The Hacking Team.

Negeri jiran ini membayar The Hacking Team sampai US$1,861 juta (Rp24,8 miliar), Singapura di urutan kesepuluh dengan membayar US$1,209 juta (Rp16,1 miliar), Vietnam di urutan ke-21 dengan kocek US$560,735 (Rp7,47 miliar) serta Thailand di urutan ke-22 dengan US$466,482 (Rp6,21 miliar).

Secara total tercatat ada 38 "negara pelanggan" The Hacking Team. Di luar mata-mata warga negara, The Hacking Tem dilaporkan juga akan memata-matai lembaga aktivis seperti Human Right Watch dan organisasi aktivis lainnya.

Selain daratan Asia, pelanggan The Hacking Team juga mentereng seantero jagad. Menurut perusahaan keamanan siber asal Massachusetts, AS, Departemen Pertahanan juga menjadi pelanggan The Hacking Team, namun kerja sama itu tak berlangsung lama.

Kemudian, ada badan penyelidik federal AS, FBI, disebutkan masih sebagai pelanggan aktif The Hacking Team sampai 30 Juni dan Badan Penegakan Obat AS dilaporkan masih memperbaharui kerja sama dengan perusahaan bayangan tersebut.

Dalam pengakuannya, The Hacking Team mengatakan akan memantau target harus meretas jaringan target.

"Anda harus memukul banyak platform berbeda, Anda harus mengatasi enkripsi dan menangkap data relevan," ujar perusahaan tersebut.

Ditambahkan, The Hacking Team "memamerkan" keunggulan layanannya. Dan perusahaan ini bergerak secara senyap.

"Diam-diam dan tak bisa dilacak, dikerahkan ke seluruh negara. Itu lah apa yang kami lakukan. Bahkan alat intersepsi pemerintah, Remote Control System Galileo, mengandalkan kami," ujar The Hacking Team.

Selain The Hacking Team, perusahaan lain yang menjual fasilitas untuk pemerintah otoriter yaitu Gamma, Trovicor, Amesys, dan Blue Coat.

Untung Rugi Enkripsi WhatsApp
Ilustrasi penyadapan.

Thailand Siap Awasi Turis Asing via Ponsel

Skema pengawasan kemungkinan berlaku dalam satu semester lagi.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016