Petang Ini, Bumi di Titik Terdekat dengan Matahari

Satelit NASA potret momen Gerhana Matahari Total 2016
Sumber :
  • www.nasa.gov

VIVA.co.id – Hari ini, siklus Bumi dalam segi astronomi cukup istimewa. Sebab pada Rabu 4 Januari 2017, Bumi akan mencapai titik terdekat dengan Matahari, jelang petang hari. 

UI Terima 2.105 Calon Mahasiswa Baru Melalui Jalur SNBP 2024

Sesuai siklusnya, pada Januari, Bumi mencapai titik terdekat dengan Matahari, siklus ini disebut perihelion. Sebaliknya karena lintasan Bumi elips, bukan lingkaran sempurna, maka ada saat di mana Bumi berada pada titik terjauh dengan Matahari atau disebut aphelion. 

"Hari ini memang Bumi mencapai perihelion dengan Matahari. Bumi mencapai perihelion pada pukul 17.59," jelas peneliti astronomi dari LangitSelatan, Avivah Yamani kepada VIVA.co.id. 

Prabowo Ingin Segera Bangun Pabrik Ponsel di RI demi Jaga Kedaulatan Teknologi

Dia mengatakan, yang mencapai titik terdekat dengan Matahari pada petang ini bukan kota per kota namun seluruh wilayah Bumi. 

"Jadi yang menyebutkan hari ini hanya Jakarta akan berada di titik terdekat dengan Matahari, itu berita hoax. Yang mencapai perihelion itu Bumi semua," tuturnya. 

Al Quran dan Sains Ungkap Gunung Bergerak Seperti Awan, Benarkah?

Avivah menjelaskan, siklus Bumi berada pada titik terdekat dengan Matahari tak lantas membuat Bumi menjadi lebih panas dibanding saat aphelion.  

Selain itu, saat perihelion, memang Matahari akan lebih besar dengan saat Bumi berada pada titik terjauh. Namun dari pandangan mata telanjang tidak akan terlalu bisa terlihat perbedaannya. 

"Engga gitu kelihatan bedanya karena beda aphelion dan perihelion itu sekitar 5 juta Km doang. Dan itu kecil dibandingin jarak 150 juta Km," ujarnya. 

Perbedaan lain saat Bumi berada pada perihelion adalah penampakan cakram Matahari. Avivah mengatakan beda cakram Sang Surya saat perihelion petang ini dengan aphelion pada Juli hanya 3 persen. 

"3 persen itu enggak ada bedanya buat kita. Enggak kelihatan sama sekali apa bedanya," ucap wanita jebolan  magister astrofisika Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dia mengatakan, penampakan beda cakram Matahari saat perihelion sama halnya dengan penampakan 'supermoon', yang mana Bulan tampak lebih besar ketika dekat dengan Bumi dan kecil ketika jauh. 

Bulan lebih besar 14 persen saat supermoon, namun tetap saja perbedaan itu tak begitu signifikan dilihat pengamat di Bumi dengan mata telanjang. 

"Yang kita rasakan biasa saja, enggak ada bedanya. Untuk pengamatan, sama seperti ngamat Matahari, biasanya juga pakai kacamata Matahari atau tele dan filter," jelasnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya