Sumber :
- bawean.net
VIVAnews
- Warga Kabupaten Rembang memiliki cara unik untuk membangunkan sahur warga lainnya, mereka memainkan alat musik dari bambu dikombinasikan dengan perlengkapan dapur seperti panci dan wajan. Warga menyebutnya tradisi Thong-thong Lek. Biasanya lagu-lagu yang dimainkan bertema religi dengan ritme cepat agar warga segera bangun dan melakukan sahur.
Dalam menyambut perayaan Lebaran, Pemkab Rembang mengadakan lomba dalam ajang festival Thong-thong Lek yang disambut antusias warga. Tak jarang kelompok Thong-thong Lek rela mengeluarkan banyak dana agar bisa berpartisipasi dalam festival tersebut. Sejumlah kelompok bahkan memadukan alat musik tradisional dengan alat musik modern seperti gitar, bass, dan drum.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Dalam menyambut perayaan Lebaran, Pemkab Rembang mengadakan lomba dalam ajang festival Thong-thong Lek yang disambut antusias warga. Tak jarang kelompok Thong-thong Lek rela mengeluarkan banyak dana agar bisa berpartisipasi dalam festival tersebut. Sejumlah kelompok bahkan memadukan alat musik tradisional dengan alat musik modern seperti gitar, bass, dan drum.
Warga tetap antusias meski hanya memperebutkan hadiah utama uang senilai Rp1,5 juta, jauh lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan oleh satu kelompok yang bisa mencapai Rp15 juta. Bahkan ada yang menyewa truk trailer sebagai panggung berjalan, peserta menata alat musik dan speaker berukuran besar di bagian belakang truk.
Dalam festival tersebut peserta memainkan lagu-lagu religi dengan berkeliling kota, sehingga mampu menarik perhatian ribuan warga yang menanti peserta dengan berdiri di sepanjang jalan yang dilewati. Kini tak hanya lagu-lagu religi yang dimainkan, tetapi juga memainkan lagu dangdut hingga koplo dengan menggunakan syair-syair lagu religi.
Meski mendapat pertentangan dari sejumlah tokoh masyarakat, festival ini tetap digelar rutin menjelang Lebaran. Kalangan yang menentang mengusulkan agar tradisi Thong-thong Lek dikembalikan seperti semula, yaitu musik tradisional penggugah sahur yang menggunakan peralatan sederhana dari bambu dan peralatan dapur.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Warga tetap antusias meski hanya memperebutkan hadiah utama uang senilai Rp1,5 juta, jauh lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan oleh satu kelompok yang bisa mencapai Rp15 juta. Bahkan ada yang menyewa truk trailer sebagai panggung berjalan, peserta menata alat musik dan speaker berukuran besar di bagian belakang truk.
