Gasing, Permainan Tradisonal Sarat Filosofi Hidup

Permainan gasing
Sumber :
  • VIVA.co.id/Bimo Aria Fundrika

VIVA.co.id – Permainan tradisional gasing mungkin kini tak banyak dikenal oleh generasi yang lahir setelah tahun 2000-an. Padahal gasing, selain merupakan permainan tradisional juga bisa disebut warisan budaya yang hampir dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia.

Ada Acara Tak Biasa di HUT ke 25 PAN

Endi Aras, pendiri dari Gudang Dolanan, sebuah komunitas yang fokus pada mainan tradisional, menjelaskan bahwa gasing memiliki nama yang berbeda di setiap daerah di Indonesia.

"Kalau misal di Jawa itu namanya pathon atau gangsingan, di Lampung namanya Pukang, Jawa Barat namanya Panggal, di Jawa timur namanya Kekehan, Ambon itu Apyong, Manado bernama paki, dan daerah Makassar Agasing,” kata Endi saat ditemui di Hellofest, Jakarta Convention Center, Sabtu, 24 September 2016.

Ketagihan Main Lato-lato Hingga Gangsin, Kim Mingue: Ini Susah Banget!

Tidak hanya dari nama yang berbeda, setiap daerah juga memiliki gasing dengan kekhasan tersendiri. Kekhasan ini biasanya berdasarkan bahan dasar pembuatannya. Menurut Endi, bahan tersebut tergantung dari jenis pohon yang tumbuh dan banyak ditemui di suatu daerah. Misalnya saja daerah Jawa yang menggunakan kayu dari petai Cina, Lombok yang menggunakan Kayu Asem, dan Bali yang menggunakan pohon jeruk.

Endi juga mengatakan bahwa gasing dibagi kedalam tiga jenis berdasarkan cara memainnyanya, yakni adu pukul, adu putar, dan adu suara. Sedangkan jenisnya pun beragam.

5 Olahraga Tradisional yang Diperlombakan POTRADNAS IX 2023

"Ada yang bentuknya jantung, guci, bulat, lonjong, pipih, atau piring terbang," kata dia

Bukan hanya sekadar permainan, gasing sendiri, menurut Endi juga memiliki filosofi dalam kehidupan yang menggambarkan keseimbangan.

“Filosofi dari gasing sendiri kenapa bisa lama karena seimbang. Kalau manusia seimbang antara jasmani dan rohani, dia akan akan panjang umur. Manusia itu hidup selalu berputar, selalu bergerak, itu melatih kreativitas, bagaimana menjalani hidup harus bisa bergerak,” ujarnya menjelaskan.

Endi sendiri sangat menyayangkan gasing kini sudah banyak ditinggalkan oleh anak zaman sekarang. Sebab itu, ia bersama dengan komunitas Gudang Dolanan berusaha terus memperkenalkan dan mengajarkan cara bermain gasing kepada anak zaman sekarang.

"Kami sering adakan pameran, adakan permainan, dan kasih gratis ke mereka. Jadi nanti kan dirumah mereka pasti coba memainkannya sendiri," ucap dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya