Bikin Mobil Listrik Nggak Gampang

Mitsubishi MiEV tengah mengisi listrik di Kasai Green Energy Park
Sumber :
  • Earth911/Amanda Wills

VIVAnews - Pengembangan mobil listrik perlu dukungan infrastruktur sumber tenaga listrik ramah lingkungan. “Menggunakan mobil yang sumber tenaganya berasal dari listrik yang diproduksi dari bahan bakar fosil ya percuma," kata Prof Zuhal, Ketua Komite Inovasi Nasional (KIN).

Menurut Zuhal, cara seperti itu hanya mengurangi emisi CO2 saat mobil digunakan di jalanan, tetapi tidak memberikan solusi krisis energi berbahan fosil yang sumber bahan bakunya kian menipis.

Bagi Indonesia, penggunakaan energi fosil mengeruk pundi-pundi pembayar pajak dengan subsidi senilai Rp 300 triliun setiap tahun. Zuhal menyampaikan hal ini setelah meninjau komplek Kasai Green Energy Park, di sebelah Barat Osaka, Jepang, pekan lalu.

Kasai Green Energy Park dibangun dua tahun lalu dengan investasi senilai Rp500 miliar. Kawasan ini didesain sebagai embrio dari masyarakat rendah karbon (low carbon society), sebagai respons terhadap tantangan perubahan iklim dan pemanasan bumi akibat emisi gas karbo dioksida (CO2).

Di pelataran depan gedung ada stasiun pengisian tenaga listrik yang bisa mengisi tenaga untuk mobil listrik. Pengembangan teknologi terbaru yang dilakukan di sana memungkinkan mobil di-charge selama 30 menit untuk menempuh perjalanan sejauh 150 km dengan kecepatan normal setara mobil berbahan bakar fosil.

Di bagian lain, dari pelataran ada tempat parkir sepeda listrik. Puluhan sepeda di sana mendapatkan tenaganya dari panel surya yang dipasang di atap lokasi parkir. Secara keseluruhaan lokasi parkir sepeda itu tak hanya berfungsi menampung tenaga surya, melainkan juga menyimpannya dalam loker batere Lithium-Ion yang juga diproduksi di kawasan ini.

Menangkap tenaga surya, menyimpannya dalam baterai, dan tak kalah penting, di sini dilakukan pengelolaan dan pendistribusian dari tenaga surya yang diserap dan disimpan sepanjang hari. “Yang kita saksikan di sini adalah sebuah proses terintegrasi. Bukan parsial,” kata Zuhal. Menurutnya, inilah yang harus dikembangkan di Indonesia yang memiliki potensi energi terbarukan sinar matahari hampir sepanjang tahun.

Di komplek Kasai Green Energy Park, panel-panel surya praktis membungkus seluruh bagian gedung, dari atap hingga dindingnya. Gedung dan pabrik memanfaatkan 90 persen kebutuhan energi operasional dari tenaga surya yang dihasilkannya. Sebuah panel surya berukuran 1 x 1,5 meter mampu menghasilkan energi 230 Kwh/jam. Dari atap gardu jaga di gerbang masuknya, dihasilkan energi listrik setara 1 MW/jam/tahun

Panasonic yang bernaung di bawah kelompok usaha Matsushita mengembangkan proyek kawasan hijau ini untuk mencapai target menjadi perusahaan nomor satu dalam inovasi teknologi ramah lingkungan. Hal ini dilakukan menyambut perayaan 100 tahun perusahaan manufaktur produk elektronik tersebut, yang akan jatuh tahun 2018. “Tantangan sebuah inovasi adalah kualitas produk yang meningkat dengan harga yang terjangkau,” kata Jusman S. Djamal, Ketua Yayasan Matsushita-Gobel yang menyertai kunjungan Zuhal.

Untuk itu diperlukan investasi pengembangan riset yang cukup mahal, tapi harus dilakukan. “Yang kita lihat di Kasai Green Energy Park kali ini sudah dimulai pengembangannya sejak lima tahun lalu, terutama dari sisi teknologi batere penyimpanan energi surya. Ini yang paling sulit. Kalau bahan panel di Indonesia juga ada,” kata Djusman. Apalagi sinar mataharinya.

Mengoperasikan mobil listrik dengan daya jelajah pendek dan kecepatan jauh di bawah rata-rata bukanlah tujuan sebuah inovasi kendaraan berbahan bakar ramah lingkungan. Ini alasan mengapa Jepang yang dikenal maju dalam industri otomotifnya tergolong hati-hati dalam mengembangkan mobil berbahan listrik. “Kalau mobil listrik yang dihasilkan jalannya lambat kan percuma," kata Zuhal. Di Indonesia Panasonic bermitra dengan kelompok usaha Gobel yang kini dikepalai Rachmat Gobel, ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia.

Uni Z. Lubis|antv

Pemkot Tangsel Raih Opini WTP 12 Kali Berturut, Benyamin: Kami Selalu Bertekad Pertahankannya
Pemain Timnas Malaysia, Faisal Halim

Kondisi Terkini Pemain Timnas Malaysia Faisal Halim Usai Disiram Air Keras OTK

Pemain Timnas Malaysia yang menjadi korban serangan air keras, Faisal Halim, berada dalam kondisi kritis tetapi stabil,

img_title
VIVA.co.id
8 Mei 2024