Cerita Kecil dari BBM Naik

Pengguna kendaraan bermotor antre untuk membeli BBM.
Sumber :
  • VIVAnews/Ahmad Rizaluddin
VIVAnews - Senin, 17 November 2014, Presiden Joko Widodo dan wakilnya, Jusuf Kalla mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak sekitar pukul Sembilan malam. Reaksi timbul dimana-mana, antrian kendaraan mengular di SPBU untuk mendapatkan BBM dengan harga lama sebelum masuk ke waktu dimana harga tersebut sudah dinaikkan.
Jangan Ragu Masukkan Anak ke PAUD Bun, Ini 5 Manfaat Pentingnya

Dengan tatapan lurus dan aura dingin, melalui pernyataannya Presiden Joko Widodo menaikkan harga BBM bersubsidi ini sebesar Rp 2.000 per liter baik premium atau pun solar. Angka tersebut naik sekitar 30% dari harga lamanya yaitu Rp 6.500 per liter. Kini harga bensin menjadi Rp 8.500 untuk per liter dan untuk bahan bakar diesel menjadi Rp 7.500 per liter.
Nasdem Bakal Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, PKS Sebut Surya Paloh Cantik Bermain Politik
 
Seperti yang tercantum dalam media online bahwa bensin premium yang memiliki di Indonesia lebih mahal dari bensin di Malaysia alhasil Presiden Indonesia ke 7 ini, mencetak rekor seusai mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi. Rekor tersebut adalah, Indonesia kini menjadi negara dengan harga BBM bersubsidi maupun non-subsidi termahal se-Asia Tenggara. Namun untuk BBM berjenis solar Indonesia masih lebih murah dibanding harga di Malaysia.
Menang di Laga Perdana Proliga, Jakarta LavAni Akui Masih Punya Kekurangan
 
Kenaikan harga BBM justru semakin mensengsarakan rakyat. Belajar dari kenaikan BBM tahun 2005 dan 2008 justru menimbulkan polemik dan kesengsaraan dalam masyarakat. Dari akan naiknya harga kebutuhan harga pokok lalu akan disusul olehnya naiknya ongkos kendaraan umum yang biasa digunakan rakyat untuk beraktivitas. 

Dari dua hal ini rakyat akan menjerit, rakyat akan berteriak karena mereka akan mengeluarkan kocek lebih dalam lagi untuk memenuhi keperluan hidupnya yang semua itu dimulai dari naiknya harga BBM bersubsidi. Ditinjau lebih dalam lagi, kenaikan harga BBM dapat memicu gejolak sosial dalam masyarakat dan terlebih dapat meningkatkan kemiskinan yang ada dikarenakan daya beli yang menurun. Secara umum pun hal ini dapat berefek pada peningkatan harga-harga sehingga mendorong laju inflasi pada level yang cukup tinggi.
 
Nasi sudah menjadi bubur, mungkin itu peribahasa yang tepat dalam konteks yang terjadi di Indonesia kini. Keputusan sudah dikeluarkan, rakyat hanya bisa terdiam dan menerima keputusan yang ada sekaligus merasakan juga efek dominonya. Hari terus berjalan dan kehidupan masyarakat terus bergulir, mau tidak mau rakyat pun harus menghadapi situasi ini. Tuntutan hidup akan yang sebelumnya berat akan terasa lebih berat akibat naiknya harga BBM. Masalah kesehatan anggaran Negara akibat subsidi BBM pun didengungkan namun rakyat tak berpikir akan hal itu, yang mereka tahu hanyalah langkah hidup mereka kedepan akan menjadi lebih berat dikarenakan hal ini.
 
Semoga saja kebijakan pemerintah kali ini memang benar yang terbaik. Pasti ada rencana baik pemerintah dibalik semua ini namun jika ini hanya untuk menguntungkan sebagian pihak, alangkah teganya karena mengorbankan kehidupan rakyat. Kita hanya bisa menunggu kebijakan apalagi yang akan dikeluarkan pemerintah untuk bisa menutupi kesedihan rakyat dibalik cerita BBM naik. Berpihakkah pada rakyat atau malah sebaliknya. Mari kita tunggu.  
 
Pengirim
Nama: Piccesius Yunki Pradana
Alamat: Jatiasih, Bekasi
No HP: 0896017315xx
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya