Bangun Rapid Test di Bali, Kimia Farma Investasi Rp26 M

Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloekid Moeloek di Kimia Farma Bali.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Bobby Andalan

VIVA – Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek berkesempatan meresmikan fasilitas produksi rapid test PT Kimia Farma Tbk ,di Jalan Cargo Taman II Nomor 9 Denpasar Barat, Bali.

Ia berharap, dengan diresmikannya fasilitas produksi rapid test ini akan menggairahkan industri kesehatan di Bali, di samping pariwisata yang memang sudah berkembang pesat.

"Fasilitas produksi rapid test ini, merupakan industri alat kesehatan di Provinsi Bali. Semoga Bali yang selama ini terkenal pariwisata, ke depan juga terkenal dengan industri alat kesehatan," jelas Nila, Rabu 24 Januari 2018.

Ia mengungkapkan, meningkatnya jumlah penderita penyakit menular berbahaya di masyarakat, membuatnya perlu adanya komitmen bersama dalam mengurangi jumlah penderita, serta menurunkan tingkat penularan dan angka kematian.

Beberapa penyakit seperti hepatitis, malaria, demam berdarah, sifilis, serta HIV merupakan penyakit yang perlu perhatian dan penanganan lebih, karena kontribusinya tinggi dalam menyumbangkan jumlah angka kematian penduduk.

"Untuk itu, diperlukan alat deteksi penyakit yang cepat, akurat dan murah," katanya.

Nila mendukung penuh PT Kimia Farma yang lakukan pengembangan produksi berbasis research and development sehingga dapat memproduksi Pregnancy (HCG) Test, Malaria Test, Dengue IgG IgM Test, Syphilis Test, dan Hepatitis B Test.

"Saya juga mendorong PT Kimia Farma, untuk meningkatkan pasar domestik dalam rangka pemenuhan kebutuhan dalam negeri melalui sistem e-catalogue sebagai implementasi Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Farmasi dan Industri Alat Kesehatan," jelasnya.

Di sisi lain, Direktur Utama PT Kimia Farma, Honesti Basyir menuturkan, fasilitas produksi rapid test ini dibangun di atas lahan seluas 375 meter persegi, dengan total investasi senilai Rp26 miliar. Fasilitas ini akan resmi beroperasi pada Februari 2018.

Ia menjelaskan, prevalensi kasus beberapa penyakit menunjukkan kecenderungan semakin meningkat. Tahun 2018, prediksi jumlah kasus sifilis (based on prevalent data) mencapai 344.520, atau meningkat sebanyak 4.062 kasus dari tahun lalu, yaitu 340.458

Lalu, prediksi jumlah kasus malaria (based on data incident rate) sebesar 795.046, atau meningkat 9.373 kasus dari tahun lalu, yaitu 785.673; prediksi jumlah kasus hepatitis B (based on prevalent data) tercatat di angka 693.280 atau meningkat 8.173 kasus dari tahun lalu, yaitu 685.107;

Sedangkan prediksi jumlah kasus Dengue (based on data incident rate) sebesar 121.510, atau meningkat sebanyak 1.433 dari tahun lalu, yaitu 120.077.

Untuk hal medis lain, prediksi jumlah kasus kelahiran (based on crude birth rate) mencapai 5.035.291. Sementara itu prediksi jumlah kasus HIV tercatat di angka 62.226.

Fasilitas produksi rapid test Kimia Farma merupakan pabrik yang dapat memproduksi alat diagnostik rapid skala industri di Indonesia. Produk alat kesehatan test kit yang dihasilkan dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit, tes medis untuk pemeriksaan atau screening medis awal dengan menggunakan peralatan yang sederhana serta memberikan hasil dalam waktu yang cepat.

"Adapun lima produk rapid test yang sudah siap diproduksi secara massal adalah tes kehamilan (hCG test), tes hepatitis (HBsAg test), tes sifilis, tes malaria dan tes dengue (IgG/IgM test)," papar dia.

"Sementara itu, dua test kits sedang dalam proses pengembangan adalah HIV 1 dan 2 test dan drug test yang terdiri atas morphine test, cocaine test, mariyuana test, amphetamine test, methamphetamine test, ecstasy test, dan benzodiazepine test," tambahnya.

Dalam satu tahun, Basyir melanjutkan, fasilitas produksi rapid test ini bisa menghasilkan 30 juta tes kit atau 100 ribu per hari. Ke depan, kata dia, perseroan akan melakukan pengembangan bahan baku antibodi lokal di Indonesia melalui kerja sama dengan para peneliti dari Universitas Andalas.