Reli di Sejumlah Bursa Berakhir

Sumber :

VIVAnews - Indeks harga saham di sejumlah bursa utama Asia ditutup melemah di akhir perdagangan Kamis sore, 12 November 2009. Ini berarti reli (kenaikan panjang) harga saham, yang sudah berlangsung empat hari berturut-turut, hari ini berakhir karena di akhir transaksi para investor mulai melakukan aksi jual.

Pemicunya, mereka merasa reli saham belakangan ini akan segera berputar halauan menyusul laporan positif dari sektor industri dan ritel China.

Indeks Nikkei 225 (Jepang) melemah 80,14 poin (0,8 persen) ke level 9.791,54. Sedangkan indeks Hang Seng (Hong Kong) turun 111,18 poin (0,5 persen) ke level 22.516,03. Indeks Kospi (Korea Selatan) melemah 0,2 persen ke level 1.592. Indeks saham di Taiwan, India, dan Singapura juga ditutup melemah. Sedangkan indeks gabungan Shanghai (China) menguat 0,5 persen.

Di Australia, indeks acuan S&P/ASX200 turun 0,2 persen ke level 4.747,9. Pemerintah Australia mengumumkan peningkatan jumlah lapangan pekerjaan bulan lalu dengan jumlah orang bekerja naik sebesar 24.500 orang pada Oktober. Namun, tingkat pengangguran masih meningkat sebesar 5,8 persen. Ini menunjukkan bahwa penciptaan lapangan kerja masih di bawah jumlah pencari kerja.

Indeks di kawasan Asia sempat menguat di awal transaksi mengikuti penguatan saham di bursa Wall Street pada Rabu dan laporan bahwa pemerintah Korea Selatan mempertahankan rekor terendah tingkat suku bunga mereka. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar bank sentral Asia tidak buru-buru menaikkan suku bunga pinjaman.

Namun sejumlah investor kemudian memutuskan untuk menjual saham karena khawatir reli saham belakangan ini akan berakhir setelah China mengumumkan hasil memuaskan mengenai produksi industri dan penjualan ritel, kemarin.

"Saya memperkirakan ada gelombang ambil untung sehingga kita akan mulai melihat reli-reli ini berakhir," kata Kirby Daley, pakar ekonomi di Newedge Group, Hong Kong. "Pasar Asia boleh saja tidak terlalu rentan seperti pasar Eropa dan Amerika Serikat, tapi bukan berarti pasar Asia kebal," lanjutnya.

Data positif dari pemerintah China, termasuk peningkatan 16 persen produksi industri pada Oktober, memberikan sentimen positif bagi investor di Asia dan AS. Namun Daley memperingatkan bahwa sebagian besar pemulihan ekonomi di China tersebut terjadi berkat stimulus ekonomi pemerintah yang akan dihentikan tahun depan. (AP)