Gara-gara Corona, Harga Sepatu Naik 10 Persen

Pekerja memproduksi sepatu untuk diekspor di Tangerang, Banten, Selasa, 30 April 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Para pengusaha produsen sepatu yang tergabung dalam Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mengungkapkan bahwa harga sepatu akan mengalami kenaikan hingga 10 persen. Kenaikan ini akibat mewabahnya virus corona atau Covid-19.

Direktur Eksekutif Aprisindo, Firman Bakri mengatakan, seluruh bahan baku yang dikerjakan industri untuk memproduksi sepatu berasal dari luar negeri, khususnya China. Sehingga, pasokan bahan baku menjadi sulit sejak mewabahnya virus tersebut pada akhir Januari 2020.

"Dengan kondisi itu, industri kita tidak melakukan stok bahan baku. Kita hanya beli bahan baku untuk diproduksi sesuai jumlah yang diorder, masalahnya saat Januari, Februari ada outbreak Virus Crona," kata dia di Jakarta, Rabu, 11 Maret 2020.

Akibat terlambatnya bahan baku untuk masuk ke Indonesia, kata dia, produksi industri bahan baku mengalami penurunan 20 persen saat ini. Namun, jika bahan baku tidak juga bisa masuk hingga akhir Maret, maka produksi sepatu bisa mengalami penurunan hingga 50 persen.

"Dalam kondisi normal paling lambat bahan baku masuk Maret tapi dalam kondisi sekarang, jelek-jeleknya pertengahan April dan potensi produk sepatu masuk ke pasar saat Lebaran terlambat itu," tegasnya.

Dengannya turunnya produksi itu, kata Firman, membuat industri harus mengejar pesanan dari para distributor sepatu domestik maupun ekspor, terutama yang menjadi distributor sepatu-sepatu bermerek. Itu mengakibatkan industri harus membayar biaya lembur lebih bagi para pekerja agar target produksi sesuai pesanan distributor.

"Harus kerja ekstra dan jadi upah lembur, yang jadi tanggung jawab industri kita kalau ingin kejar tenggat waktu. Harga bisa naik 10 persen, setelah bahan baku dikirim kita harus kejar waktu. Itu harga termasuk shipping itu harga produk naik 10 persen," paparnya.