Pemerintah Belum Pastikan Pinjaman dari ADB

Rahmat Waluyanto
Sumber :
  • doc.daylife

VIVAnews - Bank Pembangunan Asia (ADB) siap untuk menyediakan pinjaman siaga atau bagi Indonesia sebesar US$ 500 juta untuk tahun ini. Angka lebih rendah dari fasilitas yang sama pernah diberikan ADB pada saat krisis ekonomi Indonesia pada 2009-2010 yaitu sebesar US$1 miliar.

Menanggapi hal tersebut, Direktur jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Rahmat Waluyanto, mengungkapkan, pemerintah masih akan negosiasi fasilitas yang diberikan ADB tersebut. Ia menilai pemerintah belum menyepakati besaran pinjaman siaga yang diberikan ADB tersebut. "Masih bisa dinegosiasi, belum confirm," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin 18 Juni 2012.

Dengan kondisi mulai adanya kepastian pemulihan pusat krisis di Yunani, menurutnya pemerintah tak perlu buru-buru menyepakati fasilitas itu. Dana itu untuk berjaga-jaga jika terjadi kemungkinan terburuk. Pemerintah terus akan mengkaji kebutuhan pinjaman siaga yang dibutuhkan.

"Menjelang akhir semester kedua atau pertengahan semester kedua akan kami fokuskan," ujarnya.

Sebagai informsi, ketika krisis ekonomi yang terjadi pada 2009 pemerintah memiliki pinjaman siaga sebesar US$5,5 miliar. Bank dunia menjadi kreditur terbesar Indonesia yaitu US$ 2 miliar, Japan Bank for International Coorporation (JBIC) sebesar US$1,5 miliar, ADB sebesar US$1 miliar dan pemerintah Australia sebesar US$1 miliar.

Untuk mengantisipasi memburuknya krisis dunia saat ini, pemerintah berniat memiliki fasilitas yang sama pada tahun ini. Bank Dunia beberapa waktu yang lalu telah menyepakati pengajuan pinjaman siaga Indonesia dengan jumlah yang sama. Sedangkan untuk kreditur lainnya, sampai saat ini sedang dalam proses pembahasan internal.