MPR Gelar Jambore Sosialisasi Empat Pilar
Minggu, 29 November 2015 - 19:12 WIB
Sumber :
VIVA.co.id
- Biro Persidangan MPR RI bekerjasama dengan Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, mengadakan Jambore Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Ke-2. Sebanyak 250 peserta perwakilan dari Kwartir Cabang (Kwarcab) Depok, Bogor dan Sukabumi, turut serta dalam jambore yang berlangsung di Bumi Perkemahan Jatinangor, Bandung Jawa Barat pada Jumat-Senin (27-30 November).
Jambore Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Ke-2, ini dibuka oleh Dr. Hermanto SE, MM ditandai dengan pemukulan gong. Pembukaan kemah sosialisasi, itu berlangsung di Graha Kujang, Bumi Perkemahan Jatinangor Pada Jumat 27 November 2015.
Dalam sambutannya, Hermanto antara lain mengatakan, Jambore sosialisasi, ini merupakan kegiatan yang unik. Biasanya, acara perkemahan diisi dengan kegiatan permainan keratif dan inovatif. Tapi kini dikombinasikan dengan sosialisasi empat pilar MPR RI. Sementara kegiatan sosialisasi sendiri umumnya diselenggarakan secara serius. Namun dalam jambore ini, sosialisasi empat pilar dilaksanakan dengan cara yang lebih santai.
Sejak demokrasi menjadi pilihan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menurut Hermanto, sejak itu tidak ada lagi ruang bagi pemerintah untuk melakukan indoktrinasi ideologi, seperti pada masa orde baru. Karena itu cara yang diambil oleh MPR adalah melakukan sosialisasi. Mpr sendiri menurut Suherman, memiliki berbagai metode sosialisasi, mulai dari cerdas cermat, FGD, hingga sosialisasi melalui kesenian tradisional.
"Sosialisasi dibutuhkan agar masyarakat mengenal ideologi bangsanya. Sekaligus untuk membentengi diri dari ideologi asing yang tidak sesuai dengan ideologi bangsa Indonesia", kata Hermanto.
Baca Juga :
Sementara Kepala Biro Persidangan MPR M. Rizal SH, M. Si mengatakan Jambore Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kali ini merupakan perkemahan kedua yang dilaksanakan MPR tahun 2015. Jambore pertama dilaksanakan pada 20-23 November lalu, dengan peserta dari Kwarcab Bandung.
Berdasar evaluasi sementara yang dilakukan biro persidang, kata Rizal rata-rata peserta kemah menginginkan adanya penambahan hari pelaksanaan jambore. Ini perlu karena peserta merasa sesenang dengan metode yang digunakan selama jambore berlangsung.
"Kita sebenarnya ingin agar jumlah pesertanya lebih banyak, namun ada sisi negatif yang akan muncul jika pesertanya terlalu banyak, misalnya ketika materi sosialisasi disampaikan jadi kurang efektif", kata Rizal.