Komisi VI Terima Kunjungan Duta Besar Australia

Gedung DPR.
Sumber :

VIVA.co.id – Komisi VI DPR RI menerima kunjungan Duta Besar Australia untuk Republik Indonesia Paul Grigson, membahas tentang isu perekonomian, industri perdagangan dan investasi antara kedua belah pihak. Pertemuan bilateral ini Komisi VI dipimpin oleh Wakil Ketua, Dodi Reza Alex Noerdin.

Dodi menyambut kedatangan Dubes Australia, dan berharap antara Indonesia dan Australia bisa menjadi mitra dagang yang baik. Dubes Grigson menilai, perekonomian Indonesia mutakhir ini mengalami pasang dan surut, namun dalam sektor pelayanan menurut pandangannya sedang mengalami kenaikan.

"Industri pelayanan memiliki perhatian yang besar. Kita ingin meningkatkan hubungan dalam bidang industri, " ujar Politisi Fraksi Partai Golongan Karya di ruang Pimpinan Komisi VI, Rabu, Komplek Parlemen, Senayan, Rabu 13 April 2016.

Dalam pertemuan yang membahas tentang keleluasaan perdagangan antara kedua negara ini, Anggota Dewan Komisi VI Nyoman Dhamantra menegaskan, agar hubungan perdagangan dan investasi memiliki gairah untuk mengatasi kesenjangan antara miskin dan kaya.

"Agar hubungan perekonomian ini mempunyai semangat untuk mengatasi kesenjangan. Jangan sampai sebaliknya," ujar Politisi dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Menanggapi pernyataan itu, Paul Grigson menunjukkan persetujuannya dengan semua yang disampaikan jajaran Anggota Dewan Komisi VI. Dia juga menyampaikan apresiasinya kepada Indonesia dalam sektor ekonomi kreatif.

"Saya setuju dengan hampir semua yang disampaikan. Ekonomi kretif juga bisa kita tingkatkan bersama, Indonesia punya sejarah yang gemilang di sektor ini. Kerjasama antara kedua hal ini akan saya upayakan," kata Paul Grigson.

Hubungan antara Indonesia dan Australia mempunyai sejarah panjang. Dalam beberapa literatur sejarah dijelaskan bahwa para nelayan Bugis dan Makasar secara teratur berlayar ke perairan Australia sebelah utara, setidaknya sejak tahun 1650. Pelayaran ini dimulai pada masa kerajaan Gowa di Makasar tahun 1650-an. Para pelaut Makasar dan Bugis ini menyebut Tanah Arnhem dengan sebutan Marege dan bagian daerah barat laut Australia mereka sebut Kayu Jawa.  (web)