Jusuf Kalla Dorong Mahasiswa Buka Usaha Sejak Dini
- REUTERS/Beawiharta
VIVA.co.id – Wakil Presiden, Jusuf Kalla mengimbau para mahasiswa mampu mandiri dan memulai usaha sejak dini. Apalagi, banyak orang terkaya di dunia memulai merintis karir bisnisnya sejak masih berstatus mahasiswa.
Wapres yang akrab disapa JK itu mengatakan, setiap tahun ada sekitar 3.500 hingga 5.000 mahasiswa yang berstatus sarjana baru di satu perguruan tinggi negeri. Kebanyakan dari mereka, memulai untuk mencari pekerjaan setelah mendapatkan gelar sarjana.
"Bagaimana mahasiswa yang selesai pendidikannya setiap tahun, di Unhas (Universitas Hasanuddin) berapa? Ribuan orang, 4.500 orang setiap tahun, mereka mau ke mana," kata JK dalam sambutannya pada peletakan batu pertama pembangunan gedung Center Micro Finance BRI di Universitas Hasanuddin, Makassar, Senin 27 Februari 2017.
Menurutnya, ada ratusan ribu sarjana setiap tahun di Indonesia yang baru mencari pekerjaan setelah mendapatkan ijazah. Apalagi, lanjutnya, tidak semuanya bisa menjadi pegawai negeri sipil.
"Kita (pemerintah) semua sudah moratorium, semua pegawai negeri, terkecuali kesehatan, penyuluh pertanian dan guru, hanya itu yang boleh tambah, yang lain tidak boleh tambah," kata JK.
"Secara nasional sampai lima tahun (moratorium) itu, tentu sekarang harus bekerja dengan sektor sendiri, start up, atau bekerja secara profesional," ujarnya menambahkan.
JK pun membandingkan sejumlah pengusaha yang sudah kaya, karena memulai bisnisnya sejak masih di bangku perkuliahan. Ia menyebut sejumlah nama seperti Bill Gates, Lawrence Ellison, serta Mark Zuckerberg yang mendirikan Facebook pada 2004, juga merupakan mahasiswa yang drop-out dari Harvard University.
"Mahasiswa drop-out jangan dilecehkan, karena dia bisa punya bakat yang luar biasa. Mempunyai suatu semangat. Orang terkaya tidak ada yang sarjana, coba lihat tidak banyak. Tetapi, saya tidak bermaksud menyuruh drop-out juga," ujarnya.
Menurutnya, mahasiswa tidak boleh lagi startup bisnis dari nol, melainkan telah mengenal dunia bisnis saat hendak memulai berbisnis. Perguruan tinggi pun diharapkan mampu menjadi sarana bagi mahasiswa untuk memulai masuk ke dunia bisnis.
"Sistem pengajaran, sistem pelatihan menjadi praktik, dibuat yang lebih gampang lagi, jangan mulai lagi dari nol. Menjadi pembelajaran, bentuknya harus futuristik, perguruan tinggi harus melihat ke depan, tidak melihat ke belakang."
"Tidak ada pengusaha yang langsung besar, tapi dari awal. Itulah harapan kita (pemerintah), membikin enterpreneur yang baru. Kenal dulu dunia kerja sebelum terima ijazah. Misalnya, dengan program magang," ujarnya. (asp)