Sensor Mandiri, Solusi Saring Penonton Tak Sesuai Umur

Monang Sinambela, anggota LSF
Sumber :
  • Zahrotustianah

VIVA.co.id – Kecanggihan teknologi membuat batas ruang menonton seolah tak bersekat. Kini, tak harus ke bioskop atau selalu duduk di depan televisi untuk menikmati tontonan berupa film, iklan, sinetron maupun video lainnya, hanya berbekal gadget, semua bisa dinikmati.

Dengan kemudahan akses tersebut, sulit untuk menyaring konten-konten hanya dari satu lembaga. Itulah yang mendorong Lembaga Sensor Film (LSF) melakukan sosialisasi sensor mandiri agar masyarakat bisa menyaring tontonan yang beredar di wilayah masing-masing.

Untuk melakukan sensor mandiri tersebut, penyerapan budaya lokal dianggap penting untuk mempertahankan kepribadian bangsa. Nilai-nilai kearifan lokal yang mencakup nilai agama, sosial, dan budaya setempat bisa jadi tameng dalam memilah serta memilih tontonan yang sesuai.

"Ada film yang untuk kategori atau wilayah tertentu dianggap sebagai pembelajaran, namun di tempat lain bagi kategori lain dianggap tidak penting atau tidak bermanfaat. Di situlah pentingnya sensor mandiri. Masyarakat bisa memilih mana tontonan yang akan ditonton atau tidak," ujar Monang Sinambela, anggota LSF dalam acara “Sosialisasi Penyerapan Kearifan Budaya Lokal” di Provinsi Riau, Kamis, 20 April 2017.

Ia melanjutkan, sensor mandiri juga jadi solusi untuk keresahan masyarakat yang sering kali melihat penonton bioskop yang menonton tak sesuai dengan kategori film.

"Pihak bioskop sebenarnya sudah sering menegur orangtua yang membawa anak kecil menonton film berkategori dewasa. Tapi, sering kali malah orangtua yang malah marah. Itulah mengapa sensor mandiri dibutuhkan. Penting, agar orangtua bijak dalam memilih film sesuai kategorinya," tuturnya. (art)