Kota Pintar Versi Menko Darmin

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution di rumah dinasnya.
Sumber :
  • VIVA.co.id/shintaloka Pradita Sicca

VIVA.co.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengungkapkan, pengembangan kota pintar atau smart city menjadi satu-satunya pilihan terbaik untuk Indonesia saat ini. Upaya itu agar bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kelayakan hidup seluruh elemen masyarakat, kenyamanan kota, serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan ke depan.

Dalam pengembangannya, ada setidaknya enam aspek utama yang perlu ditekankan. Mulai dari transportasi yang berbasis teknologi, pengembangan e-commerce, peningkatan kualitas pendidikan, jaminan keamanan, penggunaan energi terbarukan, sampai dengan e-governance yang bisa dijadikan landasan sebuah kota pintar.

“Konsep itu adalah smart infrastructure, smart governance, smart economy, smart people, smart living, and smart environment. Tetapi, pengembangan antara satu kota dengan yang lain, harus berbeda tergantung karateristik masing-masing,” kata Darmin, saat ditemui di Hotel Mulia, Jakarta, Jumat 19 Mei 2017.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, 50 persen penduduk Indonesia saat ini berada di wilayah perkotaan. Bahkan, pada 2035, jumlah tersebut berpotensi meningkat menjadi di kisaran 67 persen. Meningkatnya jumlah penduduk kota dalam beberapa tahun ke depan, tentu akan membuat wilayah perkotaan menjadi sangat padat.

“Di London dan UEA (United Emirat Arab) itu sudah mengembangkan diri. Sebagai solusi menjawab tantangan perkotaan di masa mendatang, smart city mulai diadopsi kembali dengan pendekatan yang tentu berbeda-beda antara satu kota dengan yang lain,” ujarnya.

Mantan gubernur Bank Indonesia itu pun tak memungkiri, pengembangan smart city tidak bisa begitu saja menjawab persoalan secara nasional. Maka dari itu, diperlukan peran dari pemerintah bersama pemangku kepentingan terkait, untuk memaksimalkan pengembangan smart city ke depan.

“Tentu problematika dan dinamika dalam suatu wilayah atau kota lebih luas dari apa yang bisa diselesaikan. Masih banyak hal yang perlu dibenahi, agar smart city dapat diimplementasikan,” ujarnya. (art)