Ini Tantangan Negara Berkembang

Agus Martowardojo
Sumber :
  • VIVAnews/Adri Irianto

VIVAnews - Dalam perhelatan World Economic Forum for East Asia dibahas mengenai beberapa tantangan negara berkembang. Apa saja yang menjadi tantangan negara berkembang secara umum, dan Indonesia khususnya?

Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan perkembangan ekonomi global secara umum, bagi negara maju memang belum pulih sepenuhnya. Namun, jika keadaan sudah mulai membaik isu utama bagi negara maju adalah masalah pengangguran. Sedangkan bagi negara berkembang, secara umum tantangannya adalah adanya overheating.

"Overheating seperti dapat terjadinya asset bubble, terjadinya inflasi yang khususnya karena harga pangan dan minyak yang terus meningkat, lalu adanya kekhawatiran atas credit boom," kata Menkeu.

Menkeu menuturkan, yang dimaksud credit boom ialah beberapa negara yang ekspansi kreditnya berlebih sehingga diperlukan adanya suatu konsolidasi. Bukan hanya itu, tetapi ada juga yang spesifik melonjak seperti kredit pemilikan rumah atau kredit yang diberikan pada individu yang membuat posisi utang terhadapnya berlebihan.

"Jagan sampai, seorang individu memiliki posisi utang terlalu besar," kata Menkeu.

Menkeu menambahkan, beberapa negara memiliki cara mengatasi risiko credit boom, seperti di China yaitu terjadi peningkatan tingkat bunga dan peningkatan reserve requirement.

Selain itu, ada juga pembayaran properti yang berlebihan, rasio utang yang terlalu tinggi pada individu dan bahaya bencana alam menjadi sorotan yang harus diperhatikan di negara berkembang.

"Itu semua ialah beberapa tantangan yang perlu diwaspadai negara berkembang," kata Menkeu.

Sementara itu, untuk Indonesia, Menkeu menuturkan, bahaya inflasi dan kualitas current account yang harus diperhatikan. "Yang harus diperhatikan perkembangan current account yang memang masih surplus tapi sudah mulai menipis dan resiko inflasi yang perlu hati-hati," ujarnya.

Menkeu mengimbau, semua pihak harus bersama-sama mewaspadai perkembangan current account. Dengan melihat current account maka ada hal yang perlu diperhatikan antara lain mengapa pembiayaan jasa-jasa begitu banyak yang harus dibayarkan ke luar, dan melihat kenapa impor yang meningkat tajam, kenapa impor bahan BBM tinggi.

Namun tidak demikian dari sisi kredit. Menkeu menilai, kredit Indonesia masih dalam posisi yang sangat aman. "Tahun lalu pertumbuhannya 22 persen, NPL (kredit macet) 26 persen, dan ratio kecukupan modal sebesar 17 persen," kata dia. (umi)