Harga Minyak Anjlok, Arab Saudi Terpaksa Pinjam Uang

Sumber :
  • REUTERS/Yoan Valat
VIVA.co.id - Arab Saudi ternyata tidak sekaya seperti yang Anda pikirkan. Raja minyak dunia itu menghadapi kebocoran anggaran yang besar menyusul merosotnya harga minyak dunia.

Tak hanya itu, dikutip dari CNN Money, Jumat 7 Agustus 2015, Arab Saudi juga menghadapi membengkaknya pengeluaran di sektor militer.

Analis mengatakan, karena dua faktor tersebut, pemerintah Saudi terpaksa menyerap cadangan keuangan negara, bahkan kemungkinan pemimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) ini meminjam uang dari investor asing.

Tahun ini Arab Saudi sudah menggunakan cadangan mata uang asingnya hingga US$62 miliar. Pada Juli kemarin, pemerintah untuk pertama kalinya sejak 2007, mengeluarkan surat utang negara sebesar US$4 miliar.

Defisit anggaran diperkirakan mencapai 20 persen dari pertumbuhan domestik bruto (PDB) tahun 2015.

Capital Economics memperkirakan pendapatan Arab Saudi pada tahun ini akan anjlok menjadi US$82 miliar, setara dengan 8 persen PDB.

Kemerosotan harga minyak dunia sejak Juni tahun lalu dari US$107 per barel menjadi US$44 per barel saat ini menjadi faktor yang memeras anggaran Arab Saudi.

80 persen pendapatan Arab Saudi memang berasal dari industri minyak. Perjuangan agresif OPEC yang memilih mempertahankan pangsa pasarnya dibanding menaikkan harga, menyebabkan pasokan minyak di pasar global banjir.

Arab Saudi menolak untuk memangkas produksi minyak. Dengan begitu, negara itu berharap produsen lain, salah satunya Amerika Serikat, keluar dari bisnis minyak.

Pada saat yang bersamaan, Arab Saudi juga ikut campur tangan dalam perang di Yaman dan serangan udara terhadap ISIS di Suriah. Anggaran militernya tahun lalu melonjak 17 persen menjadi 10 persen dari PDB.

Dalam kondisi seperti itu, Raja Salman juga memberikan bonus besar pada pekerja swasta.

"Kami akan melihat peningkatan pinjaman dalam beberapa bulan mendatang," kata Fahad al-Mubarak, Gubernur Badan Anggaran Arab Saudi. (ren)