Kelompok Bersenjata di Nigeria Culik 300 Lebih Siswa Sekolah

Ilustrasi penculikan anak
Sumber :
  • metro.co.uk

VIVA – Setidaknya lebih dari 300 pelajar sekolah dinyatakan hilang. Setelah sekelompok orang bersenjata menyerang sebuah sekolah menengah di Kankara, kota di negara bagian Katsina barat laut Nigeria.

Penyerang dengan sepeda motor menyerbu sekolah khusus laki-laki Government Science School pada Jumat malam pekan lalu. Penyerangan itu berujung baku tembak sengit dengan pasukan keamanan, sehingga ratusan siswa pun melarikan diri untuk bersembunyi di hutan sekitar.

Baca juga: Rupiah Melemah di Awal Perdangangan Pekan Ini

"Sejauh ini kami menghitung ada sekitar 333 siswa (hilang). Sekolah kami memiliki total siswa sebanyak 839 orang," kata Gubernur Katsina, Aminu Masari, dilansir Al Jazeera, Senin 14 Desember 2020.

Masari mengatakan, siswa yang berhasil lolos dari serangan tersebut telah keluar dari persembunyian di hutan. Namun, belum diketahui secara pasti berapa siswa yang bersembunyi atau telah diculik oleh kelompok penyerang tersebut.

Menteri Pertahanan Nigeria, Mayor Jenderal Bashir Salihi-Magash menegaskan bahwa pihak militer akan mengejar para penyerang dan menyelamatkan para siswa, tanpa menimbulkan korban jiwa.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Katsina juga jauh dari daerah kelompok bersenjata Boko Haram, yang biasa melakukan tindak kekerasan di timur laut Nigeria sejak tahun 2009 dengan tujuan menerapkan hukum Islam yang ketat.

Pada 2018 lalu, Boko Haram menculik lebih dari 100 remaja perempuan di kota Dapchi di timur laut Nigeria. Sementara enam tahun lalu yakni pada 2014, kelompok yang sama menculik lebih dari 270 perempuan di kota Chibok.

Analis geopolitik dan keamanan Afripolitika, Ovigwe Eguegu, menyebut bahwa sangat mungkin pelaku serangan adalah bandit dan bukan anggota Boko Haram.

"Negara bagian ini (seperti Katsina) di barat laut Nigeria kerap diserang oleh bandit, yakni kelompok tidak terkoordinasi yang tidak benar-benar memiliki niat jahat terhadap negara atau mencoba memaksakan kebijakan, seperti Boko Haram. Ini hanya elemen kriminal yang beroperasi dengan bebas," ungkap Eguegu. (ren)