Setahun Setelah COVID-19, Warga Wuhan Masih Diliputi Trauma

Kankan (tengah ) harus dirawat di rumah sakit Wuhan Central dimana pasien-pasien pertama COVID-19 juga dirawat.
Sumber :
  • abc

Setahun setelah pandemi global COVID-19 yang asal mulanya dipercaya berasal dari Wuhan, bayi Kankan akhirnya bisa bermain di luar rumah tanpa membuat orang tuanya khawatir.

Ia lahir 20 hari sebelum kasus pertama virus corona dilaporkan terjadi pertengahan Desember tahun lalu.

Sama seperti juga warga dunia lainnya, kehidupan Kankan terpengaruh karena pandemi COVID-19.

Kankan dilahirkan dengan masalah Necrotising Enterocolitis, penyakit yang menyerang bagian ususnya, dan dia dibawa untuk dirawat di Rumah Sakit Wuhan Central.

Rumah sakit tersebut juga adalah tempat pasien-pasien pertama COVID yang terkena virus dari Pasar Besar Makanan Laut Huanan.

Sebulan kemudian, Kankan boleh meninggalkan rumah sakit namun masalah yang dihadapi keluarganya lebih susah lagi, karena seluruh Wuhan ditutup sehingga usaha merawatnya di rumah menjadi masalah.


Kankan sekarang masih menghadapi masalah kesehatan dengan penglihatan dan kurangnya kalsium karena jarang terkena sinar matahari.

Supplied: Damai

Saat jutaan warga di kota Wuhan panik membeli berbagai kebutuhan untuk bertahan hidup hanya beberapa jam sebelum kota Wuhan memberlakukan "lockdown", ayah Kankan, Long Kong menemukan supermarket sudah kosong ketika ia hendak membeli barang-barang untuk kebutuhan bayinya.

"Setiap hari ketika bangun, saya langsung berpikir ke mana saya harus pergi dan bagaimana caranya bisa pergi," kata Kong kepada ABC.

Kong yang berusia 30 tahunan tersebut mengatakan dia tidak pernah lupa bagaimana ketika dia harus mencari susu bubuk khusus untuk bayinya, Kankan.

"Saya mencari bantuan lewat grup WeChat (medsos di China) di kawasan tetangga saya, dan kemudian ada beberapa organisasi yang membantu," katanya.

"Kami tidak tahu persis dari mana sumbangan berasal namun kami tentu sangat bersyukur."

Dalam gendongan ayahnya, Kankan memandang dunia luar dari jendela apartemen mereka di mana selama lebih dari 11 bulan Kankan tidak pernah keluar dari rumah sekalipun.

Bahkan setelah Wuhan dibuka kembali setelah 76 hari ditutup ketat, Kankan tidak bisa meninggalkan rumahnya karena takut terpapar virus corona.


Long Kong mengatakan bersyukur dengan bantuan dari mereka yang tidak dikenal memberikan susu bubuk khusus untuk bayinya.

Supplied: Long Kong

Kehidupan sudah kembali normal namun luka masih ada

Melihat kembali kehidupan selama setahun terakhir, Kong mengatakan bahwa dia seperti hidup di dua masa, di mana sekarang kehidupan sudah kembali "normal" lagi.

"Saya sekarang tidak khawatir lagi ketika kami diperintahkan untuk kembali ke kantor." kata Kong, seorang insinyur telekomunikasi tersebut.

Denhgan sistem pelacakan kasus yang diterapkan China, dan warga tetap menggunakan masker di tempat umum dan di transpor publik, Kong merasa aman keluar rumah dan tidak merasa takut akan membawa virus yang bisa menulari Kankan.

Sama seperti Kong, fotografer freelance Qi Zhang juga merasakan kota Wuhan kembali normal lewat berbagai foto yang diambilnya.

Zhang pertama kali merekam Wuhan ketika dia membawa mertunya ke rumah sakit untuk perawatan darurat.


Qi Zhang mengatakan pandemi membuat masyarakat China lebih kompak.

Supplied: Damai

Dengan lockdown dicabut bulan April, Qi Zhang melihat salah satu kawasan paling sibuk di kota Wuhan kembali berkegiatan.

"Kehidupan kembali normal di bulan April dan Mei, yang mengakibatkan kemacetan, penumpang penuh di transpor publik dan orang makan di ruang terbuka." katanya.

Sejak itu perekonomian Wuhan dengan cepat tumbuh kembali.

Walau keadaan sudah terasa normal, Zhang mengatakan pandemi dan lockdown akan menjadi salah satu yang tidak akan terlupakan bagi banyak warga Wuhan.

"Meski Wuhan sudah sembuh lagi, namun luka karena virus corona masih tersisa," kata Zhang.


Qi Zhang mengatakan keberhasilan menangani pandemi di Wuhan menunjukkan tanggung jawab kota tersebut kepada dunia.

Supplied: Damai

Sejauh ini pemerintah Wuhan melaporkan adanya 50.340 kasus COVID-19 dengan 3.869 kematian sejak bulan Desember, sementara secara keseluruhan di dunia lebih dari 1,6 juta orang meninggal.

Pelacakan yang dilakukan China menemukan bahwa kasus pertama corona di Wuhan berasal dari Pasar Besar Makanan Laut Huanan.

Pasar itu masih kosong sampai sekarang dan stigma sebagai asal COVID masih menghantui Wuhan.

Ariel Lu, seorang warga Wuhan yang pernah kuliah di Deakin University di Melbourne ada begitu banyak teori konspirasi yang tidak jelas mengenai asal muasal virus.

"Tiba-tiba, berbagai teori ini beredar di WeChat atau di Weibo," kata Liu kepada ABC.

Ketika berbagai informasi tersebut beredar, warga yang berasal dari Wuhan mendapat perlakuan buruk di berbagai kota di China.


Ariel Lu mengatakan warga Wuhan harus mendapatkan perlakuan adil di seluruh dunia.

Supplied: Ariel Lu

Lu mengatakan warga di Wuhan sudah melakukan berbagai usaha dan harus membayar mahal juga untuk membatasi penyebaran COVID-19.

Dalam menghadapi virus ini, kita harus menjadi bagian dari komunitas guna menghadapi masa depan bersama-sama.

Sebuah misi internasional yang dipimpin WHO akan mengunjungi China bulan Januari untuk menyelidiki asal muasal virus tersebut.

Menemukan asal virus demi kepentingan politik

Ariel Lu terdampar di Wuhan sejak pemerintah Australia menerapkan pembatasan perjalanan dari China sejak bulan Februari.

Dia mengikuti dari dekat dinamika politik yang terjadi antara Beijing dan Canberra dalam beberapa bulan terakhir.


Tim WHO akan mengunjungi Wuhan untuk menyelidiki asal muasal virus corona.

Reuters: Stringer

Dia mengatakan penyelidikan mengenai asal COVID-19 sudah menjadi "permainan politik".

"Saya berharap pertanyaan seperti ini harusnya diserahkan kepada para ahli, peneliti dan para ilmuwan," katanya.

Dalam jumpa pers baru-baru ini salah seorang petinggi WHO Dr Michael Ryan mengatakan banyak hipotesa mengenai asal, evolusi dan penyebaran COVID-19 tidak memiliki "bukti sama sekali".

Namun laporan awal yang dibuat oleh para pakar China dan Jerman, yang menyebut pandemi ini berasal dari India atau Italia banyak dikutip oleh media massa China.

Pihak berwenang China juga mengatakan bahwa mereka menemukan virus corona di makanan beku yang tiba di sana, termasuk daging sapi asal Argentina, babi asal Jerman, cumi asal India, dan udang dari Saudi yang ditemukan di 10 provinsi di China.

Minggu lalu tabloid Partai Komunis China, Global Times mengatakan daging steak asal Australia termasuk barang-barang yang dijual di Pasar Huanan sebelum pandemi terjadi.

Belasan warga Wuhan mengatakan kepada ABC bahwa mereka tidak percaya bahwa COVID-19 pada awalnya berasal dari Wuhan dan tidak senang dengan berbagai tuduhan yang dilontarkan antar negara mengenai asal muasal virus tersebut.

Saya tidak setuju dengan negara yang saling menuduh seperti ini," kata Kong yang pernah terkena malaria ketika bekerja di Benin, dan juga harus berjuang melawan Ebola di Afrika ketika dia bekerja di sana saat berusia 20 tahunan.

"Ada laporan berita bahwa seorang anak di Italia mungkin terkena COVID bulan November tahun lalu. Tapi ini tidak seharusnya disebut virus berasal dari Italia."

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dan lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini