Alasan Pakta Pertahanan Inggris, AS, Australia Bangun Kapal Selam

Kapal selam bertenaga nuklir milik militer China pada 2018. Reuters/BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Pada Rabu 15 September 2021, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyepakati pakta pertahanan terbaru, yang dinamai Aukus.

Sebagai langkah awal, kerja sama ini berfokus pada pembangunan kapal selam bertenaga nuklir untuk Angkatan Laut Australia. Itu artinya Australia akan menjadi negara ketujuh di dunia yang mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir.

Adapun teknologi pembuatan kapal selam bertenaga nuklir akan diberikan Amerika Serikat, yang sebelumnya hanya pernah membagi teknologi semacam itu kepada Inggris.

Teknologi tersebut bakal memungkinkan Australia untuk memiliki kapal selam yang lebih cepat melaju dan lebih sulit dideteksi ketimbang armada kapal selam konvensional. Kapal selam bertenaga nuklir dapat menyelam selama berbulan-bulan dan bisa menembakkan misil lebih jauh, meski Australia menegaskan tidak berniat memasang hulu ledak nuklir.

Hal ini, menurut sejumlah analis, boleh jadi merupakan pakta pertahanan paling signifikan yang dibuat ketiga negara tersebut sejak Perang Dunia II.

"Ini benar-benar menunjukkan bahwa ketiga negara itu telah menarik garis dan menangkal langkah agresif [China]," kata Guy Boekenstein dari lembaga kajian Asia Society Australia.

Kesepakatan tersebut tidak secara gamblang menyebut kekuatan dan kehadiran militer China di kawasan Indo-Pasifik, namun ketiga pemimpin itu berulang kali merujuk kerisauan pada keamanan kawasan yang mereka katakan "berkembang secara signifikan".

"Ini adalah peluang bersejarah bagi ketiga negara, dengan sekutu dan mitra yang berpikiran serupa, untuk melindungi nilai-nilai bersama serta mempromosikan keamanan dan kesejahteraan di kawasan Indo-Pasifik," sebut pernyataan bersama AS, Inggris, dan Australia.

`Kapal selam kuncinya`

Pakta Aukus menyetujui saling berbagi informasi dan teknologi antarketiga negara di sejumlah bidang, termasuk intelijen, teknologi kuantum, dan pembelian misil jelajah.

Di antara bidang-bidang itu, pembuatan kapal selam adalah kuncinya. Kapal-kapal selam itu akan dibuat di Adelaide, Australia Selatan, yang melibatkan AS dan Inggris dalam penyediaan konsultasi pada teknologi produksi.

BBC

"Kapal selam bertenaga nuklir punya kemampuan pertahanan luar biasa sehingga bakal ada sejumlah konsekuensinya bagi kawasan [Indo-Pasifik].

"Hanya ada enam negara di dunia yang punya kapal selam bertenaga nuklir. Kapal-kapal itu memiliki kemampuan penggentar teramat kuat walau tanpa senjata nuklir," papar Michael Shoebridge, selaku Direktur Pertahanan, Strategi, dan Keamanan Nasional dari lembaga Australian Strategic Policy Institute.

Kapal selam bertenaga nuklir melaju jauh lebih senyap ketimbang kapal selam konvensional serta lebih sulit dideteksi.

Sedikitnya akan ada delapan kapal selam bertenaga nuklir yang dibuat, meskipun belum jelas kapan bisa dikerahkan untuk bertugas. Prosesnya akan memakan waktu lebih lama karena kurangnya infrastruktur nuklir di Australia.

Ketika rampung dibuat, kapal-kapal selam itu tidak akan dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir tapi hanya ditenagai dengan reaktor nuklir.

"Saya tegaskan, Australia tidak ingin memperoleh senjata nuklir atau menciptakan kemampuan nuklir untuk sipil," kata Perdana Menteri Australia, Scott Morrison.

Presiden AS Joe Biden menambahkan, bakal ada waktu konsultasi selama 18 bulan antara tim dari ketiga negara untuk memutuskan cara kerja serta memastikan kepatuhan dengan komitmen non-proliferasi.

Langkah ini menunjukkan AS dan Inggris bersedia menempuh langkah besar untuk mengekspor teknologi nuklir ke sebuah negara tanpa tenaga nuklir, menurut Yun Sun selaku salah satu direktur Program Asia Timur dari lembaga kajian Stimson Center.

Hal itulah yang membuat kemitraan Aukus terbilang unik.

"Teknologi ini sangat sensitif. Sejujurnya ini adalah pengecualian dari kebijakan kami dalam berbagai bdang. Saya berpandangan tindakan semacam ini tidak akan ditempuh dalam situasi lain di masa mendatang. Kami memandangnya hal ini terjadi satu kali saja," kata seoragh pejabat AS kepada kantor berita Reuters.

Dia menambahkan bahwa Washington sebelumnya hanya pernah membagi teknologi kapal selam nuklir ke Inggris pada 1958 lampau.

Mengapa kapal selam bertenaga nuklir menjadi prioritas Pakta Aukus?

Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menunjukkan kekuatan dan pengaruh di kawasan Indo-Pasifik.

"Kita mendengar kata-kata mengenai kerja sama, lantas kita menyaksikan ancaman terhadap Taiwan, rangkaian kejadian di Hong Kong, dan rentetan militerisasi di Laut China Selatan. Jadi, ketika menyangkut topik strategis, penggentar tampaknya satu-satunya yang masuk akal terhadap China," kata Shoebridge.

Pakta Aukus, menurut Shoebridge, akan menguntungkan banyak pihak mengingat ada kekhawatiran soal kian bertambahnya kekuatan China.

"Kawasan akan mengapresiasinya. Ini adalah bagian dari peralihan geopolitik yang didorong satu hal besar, yaitu arah yang ditempuh Xi Jinping. Pengumuman [Pakta Aukus] klop dengan peningkatan keterlibatan negara-negara demokrasi terbesar dunia untuk mencegah China menggunakan kekuatannya," tambah Shoebridge.

Dalam beberapa tahun terakhir Beijing dituduh meningkatkan ketegangan di wilayah-wilayah sengketa seperti di Laut China Selatan.

Pada Senin (13/09) lalu, sejumlah nelayan di Kepulauan Riau, ketakutan melihat enam kapal China mondar-mandir di Laut Natuna Utara.

Dalam video yang diperlihatkan Ketua Aliansi Nelayan Natuna terlihat enam kapal China berada di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia, sebagaimana dilaporkan Kompas.com

Kapal yang terlihat paling jelas adalah kapal destroyer Kunming-172.

China mengkritik Pakta Aukus yang disebutnya "sangat tidak bertanggung jawab" dan "berpikiran sempit".

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengatakan aliansi itu berisiko "sangat merusak perdamaian kawasan… dan mengintensifkan perlombaan senjata".

Dia menyebut pakta itu sebagai "mentalitas... Perang Dingin yang sudah tak berlaku". Dia juga memperingatkan bahwa AS, Inggris, dan Australia "mencederai kepentingan mereka sendiri".

Ancaman China melalui kapal selam?

Analis Alexander Neill menyoroti motivasi China dalam mendirikan pulau-pulau buatan yang menampung sejumlah pangkalan militer di Laut Cina Selatan. Padahal, beberapa tahun lalu, `pulau-pulau` itu tak lebih dari lahan berpasir dan terumbu yang tampak ketika air laut surut.

Neill menilai elemen krusial bagi motivasi China untuk mendirikan pulau-pulau buatan terletak di bawah permukaan laut.

Pulau-pulau itu dapat menjadi basis bagi kapal-kapal selam China untuk berpatroli di Laut China Selatan hingga Samudera Pasifik tanpa terdeteksi.

Di perairan yang tercakup dalam wilayah yang diklaim China di Laut China Selatan, landas kontinennya mencapai kedalaman 4.000 meter, cocok bagi persembunyian kapal selam.

Seperti era Perang Dingin, tatkala AS dan para sekutunya menciptakan jaringan peralatan `menguping` di dasar laut, yang terbenam di seluruh Asia untuk mendengarkan pergerakan kapal selam Rusia, China kini siap mengoperasikan jaringan serupa di Laut Cina Selatan.

Pencitraan satelit mengindikasikan pulau-pulau buatan China penuh dengan berbagai sensor canggih, termasuk perlengkapan radar dan stasiun komunikasi yang terhubung satelit. Segenap perlengkapan itu menambah kewaspadaan Angkatan Laut China di atas dan di bawah permukaan Laut China Selatan.

Teknologi semacam itu amat mungkin menjadi mata dan telinga bagi kekuatan kapal selam pengangkut rudal balistik China, tidak hanya untuk menghindari deteksi tapi juga menyasar musuh.


Tonton juga video ini: