Heboh Milisi Sulu Filipina Serang Sabah Malaysia, Begini Faktanya

Polisi dan Tentara Malaysia berjaga di perbatasan negara
Sumber :
  • FB Tok Man Shah Alam

VIVA – Sebuah laporan mengungkapkan bahwa milisi Sulu yang berada di bagian selatan Filipina, merencanakan penyerangan ke negara bagian Sabah, Malaysia timur. 

Laporan South China Morning Post sebelumnya mengungkap pertemuan rahasia 19 wali kota di Provinsi Sulu, Filipina Selatan, dan membahas perekrutan 600 pejuang bersenjata dan membentuk "Tentara Kerajaan Sulu" untuk menyerang Sabah.

Mengutip sumber keamanan regional, laporan tersebut mengungkap mata-mata telah dikirim untuk menjelajahi kota-kota pesisir, dan Februari 2022 dianggap sebagai waktu terbaik untuk menyerang -- sekaligus memperingati serangan Lahad Datu pada tahun 2013.

Seperti diketahui, Kesultanan Sulu mengklaim Sabah sebagai wilayahnya. Dalam insiden tahun 2013, sembilan polisi dan tentara Malaysia serta enam warga sipil tewas.

Panglima Angkatan Bersenjata Malaysia Jenderal Affendi Buang menyebut tidak ada bukti kuat tentang rencana yang dilaporkan oleh milisi Sulu untuk menyerang Sabah, seperti dilansir CNA.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat pekan lalu, Jenderal Affendi mengatakan angkatan bersenjata memang melihat ada masalah yang dapat mengancam kedaulatan Malaysia dan membahayakan hubungan bilateral secara serius.
 
"Saat ini, melalui pelaksanaan operasi dan pengumpulan intelijen, tidak ada indikasi yang jelas atau bukti yang kuat atas apa yang telah dilaporkan," katanya.

Namun demikian, Jenderal Affendi menegaskan dalam pernyataannya bahwa angkatan bersenjata siap membela keamanan dan kedaulatan negara dan Sabah dari ancaman asing.

"Peran utama (kami) adalah untuk melindungi kepentingan negara, terutama dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah dari ancaman keamanan tradisional dan non-tradisional," tegasnya.

Ketua Polis Negara Malaysia Inspektur Jenderal Polisi, Acryl Sani Abdullah Sani juga menyatakan belum ada konfirmasi atas invasi yang dilaporkan.

"PDRM (Polisi Kerajaan Malaysia) menangani masalah ini dengan serius dan akan mengambil tindakan segera untuk meningkatkan kesiapsiagaan di tingkat tertinggi di Sabah untuk menghadapi segala kemungkinan dan ancaman penyusupan," kata Acryl Sani

"Kami memberikan komitmen kami dalam hal ini untuk mencegah terulangnya insiden penyerbuan di Sabah. PDRM memiliki hubungan baik dengan otoritas Filipina dan berbagi informasi intelijen tentang kegiatan apa pun yang dapat mengancam hubungan dekat dan keamanan kedua negara," imbuhnya

Jenderal Acryl Sani menambahkan bahwa polisi Malaysia selalu siap untuk menghadapi ancaman apapun, dan upaya akan diintensifkan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi sel-sel tidur di Sabah, yang mungkin terlibat dalam konspirasi. 

Berita Palsu

Terpisah, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana membantah laporan di South China Morning Post bahwa para pemimpin di wilayah selatan Filipina sedang menyusun rencana untuk mengirim sekitar 600 orang untuk menyerang Sabah, Malaysia.

"Itu adalah berita palsu. Tidak benar," kata Lorenzana kepada BenarNews

Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana

Photo :
  • FB Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana

Lorenzana mengakui para pemimpin dari pulau-pulau di bagian selatan Filipina baru-baru ini bertemu tetapi tidak untuk merencanakan invasi ke negara bagian Sabah, Malaysia timur, seperti yang dilaporkan artikel tersebut.

Pernyataan Lorenzana ini pun diamini Juru Cicara Satuan Tugas Gabungan Sulu, Jerrica Manongdo. 

"Ada pertemuan. Tapi itu tidak ada hubungannya dengan Sabah atau Malaysia," kata Manongdo merujuk pada pertemuan para pemimpin selatan dalam laporan yang belum diverifikasi.

Seperti diketahui, para milisi Sulu, sebuah kepulauan di ujung selatan Filipina, mencoba mengambil alih Sabah delapan tahun lalu. Perebutan kedaulatan negara itu adalah sumber sengketa lama antara Malaysia dan Filipina.

Pada 11 Februari 2013, sebanyak 200 anggota bersenjata yang disebut Tentara Kerajaan Sulu memasuki distrik Lahad Datu Sabah, memicu perselisihan dengan pejabat keamanan Malaysia yang berlangsung sebulan sebelum pejabat mengamankan daerah tersebut.

Bentrokan itu berakhir pada Juni dengan korban di kedua belah pihak. Sepuluh anggota pasukan keamanan Malaysia dan enam warga sipil tewas, bersama dengan 56 pria bersenjata Sulu, menurut laporan media saat itu.

Ramli Dollah, seorang analis keamanan dari Universiti Malaysia Sabah, mengatakan serangan serupa lainnya sangat kecil kemungkinan akan terjadi lagi.

"Biasanya isu seperti ini baru muncul saat pemilu akan datang. Hampir sama pada pemilu lalu," katanya kepada BenarNews, merujuk pada pemilihan umum yang dijadwalkan Mei mendatang di Filipina.

"Jika Anda bertanya kepada saya tentang kemungkinan [serangan] ini terjadi, saya akan mengatakan tidak, tetapi itu bukan tidak mungkin," imbuhnya