HUT Kerja Sama RI-Kanada: Dorong Kesetaraan Gender Terhadap Perempuan

Kuasa Usaha Kanada untuk ASEAN, Vicky Singmin.
Sumber :
  • Tangkapan layar

VIVA – Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret 2022, diperingati sebagai hari kesetaraan gender bagi semua perempuan di seluruh dunia. Perempuan bisa mengekspresikan diri dan pikirannya, dan bisa mencapai Pendidikan yang tinggi yang setara dengan laki-laki.

Bertepatan dengan momentum HUT Ke-70 kerja sama antara Indonesia dengan Kanada dan HUT Ke-45 antara negara ASEAN dengan Kanada,  Kedubes Kanada membahas mengenai kesetaraan gender untuk memperingati Hari Perempuan Internasional dalam konferensi pers via daring, pada Selasa 8 Maret 2022.

“Harus ada pengakuan bahwa pentingnya nilai-nilai yang mengarusutamakan kesetaraan gender di semua aspek yang kita lakukan. Ini adalah tahun untuk mengakui tujuan bersama kita yaitu mengakui kesetaraan gender di seluruh ASEAN bahkan di seluruh dunia,” kata Selaku Kuasa Usaha Kanada untuk ASEAN, Vicky Singmin.

Kuasa Usaha Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste, Richard Le Bars.

Photo :
  • Tangkapan layar

Dalam konferensi pers yang berlangsung, Kuasa Usaha Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste, Richard Le Bars, mengatakan bahwa keberadaan perempuan sangat penting dalam pengambilan keputusan.

“Perempuan sangat berharga, mereka bisa berpartisipasi sebagai mengambil keputusan di masyarakat dan di rumah, bahkan untuk negara. Dan kita menerima manfaat karena mereka menyumbang untuk kesejahteraan sebuah negara. Kita mengakui bahwa perempuan adalah mitra penting untuk membuat kesejahteraan yang berkelanjutan,” kata Richard dalam konferensi pers melalui zoom meeting.

Pada peringatan hari perempuan ini, pihak Kanada dan Indonesia turut menyoroti bagaimana konflik-konflik yang terjadi di masyarakat mengenai perempuan termasuk, sulitnya Pendidikan tinggi bagi perempuan, maraknya kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi di ASEAN bahkan di seluruh dunia, dan membuat kaum perempuan tidak mendapatkan hak mereka sebagai makhluk yang diciptakan setara dengan laki-laki.

“Di atas kertas perempuan memang memiliki akses yang sama dengan laki-laki, tapi realitanya tidak sesederhana itu. Kita lihat ada banyak hambatan untuk kita mengakses peluang yang sama. Pentingnya perempuan memiliki Pendidikan yang tinggi, karena mereka-lah yang membesarkan bayi dan sebagainya dalam rumah tangga, bahkan lebih dari itu,” ujar Jaringan Gerakan Aksi Feminis Asia Tenggara, Anindya Restuviani.

“Di mana pun kita, kita berhak mengenyam pendidikan tinggi. Terlepas dari agama, atau gender mereka, semua manusia berhak untuk mengenyam Pendidikan”.

Kekerasan dan peleceha seksual

Jaringan Gerakan Aksi Feminis Asia Tenggara, Anindya Restuviani.

Photo :
  • Tangkapan layar

Tidak hanya itu, Anindya juga menyoroti banyaknya kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), serta tingkat universitas yang membuat para korbannya memiliki trauma yang mendalam.

“Banyak juga kasus di universitas, di sekolah SD, SMP, SMA, perihal kekerasan dan pelecehan seksual. Kita harus mematahkan bias itu. Ada banyak tantangan yang masih ada, yang memberikan hambatan kepada akses kesetaraan bagi perempuan di seluruh dunia,” kata Anindya.

Pada peringatan Hari Perempuan Internasional ini juga menyoroti konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia yang memberikan dampak bagi remaja perempuan dan anak-anak di Ukraina. Richard mengatakan bahwa Kanada terus mendorong Rusia agar menghentikan tindak agresi militer mereka kepada Ukraina, dan mereka meminta Rusia untuk dibawa ke pengadilan internasional atas tindakan brutalnya kepada Ukraina.

“Untuk Ukraina ada banyak dampak yang terjadi pada remaja perempuan dan anak-anak. Dunia juga sudah mulai membuat upaya-upaya tersebut (penghentian agresi militer Rusia), kita mendorong Rusia untuk menghentikan agresi ini,” Richard di akhir konferensi pers.

“Sebagian negara ASEAN juga mendukung upaya ini. Anda tidak bisa melintasi begitu saja perbatasan yang diakui secara internasional. Kita meminta untuk Rusia dibawa ke pengadilan internasional, kita juga meminta Rusia untuk bertanggung jawab atas invasi tersebut,” katanya.