Lantik Pemimpin Baru, Rusuh di Tunisia Mereda

Demonstrasi massal menuntut mundur Presiden Tunisia, 14 Januari 2011
Sumber :
  • AP Photo

VIVAnews - Penjarahan, bentrokan di penjara, dan kerusuhan di jalan-jalan yang melanda Tunisia sejak beberapa minggu ini, mulai mereda Sabtu malam. Meski pasukan keamanan masih menjaga ketat ibukota Tunis, bandar udara Tunis yang tutup pada Jumat, sudah dibuka kembali.

Puluhan orang tewas, karena kerusuhan yang melanda negara itu  menyusul tergulingnya Presiden Zine al Abidine Ben Ali. Pasukan keamanan juga telah mengamankan demonstran yang meneriakkan masalah pengangguran, kenaikan harga dan korupsi.

Presiden Ben Ali yang telah menjadi presiden lebih dari 23 tahun menyerahkan kekuasaannya. Pada Sabtu kemarin, pemimpin 74 tahun itu telah melarikan diri dengan keluarganya ke Arab Saudi lantaran ia dipaksa mundur setelah 23 tahun berkuasa.

Untuk meredakan kerusuhan, pada Jumat malam Ghannouchi yang merupakan perdana menteri di bawah Presiden Ben Ali diangkat menjadi presiden sementara. Ghannouchi pernah menjadi menteri keuangan dan kini menjabat sebagai perdana menteri sejak 1999.

Ia berjanji memulihkan ketertibaan sementara berusaha membentuk pemerintah koalisi untuk membawa negara pada pemilu setelah gelombang protes rakyat yang menggulingkan presiden negara tersebut.

Namun hanya beberapa jam setelah Presiden Ben Ali melarikan diri Sabtu kemarin, Mahkamah Konstitusi menyatakan ketua parlemen Foued Mebazaa yang seharusnya menjadi presiden sementara.

Ketua Parlemen Foude Mebazaa mengambil alih jabatan presiden. Dia mengatakan telah meminta Perdana Menteri Mohammed Ghannouchi yang sebelumnya menyatakan berkuasa sementara untuk membantuk pemerintahan persatuan. Dalam pidato televisi, Mebazaa mengatakan semua partai politik termasuk oposisi akan diajak berkonsultasi

Tunisia merdeka dari Prancis tahun 1956 dan selama ini baru mempunyai dua presiden yaitu Habib Bourguiba dan Zine el-Abidine Ben Ali. (AP)