Mantan Diplomat Libya: Bunuh Saja Khadafi

Demonstran membawa poster anti pemimpin Libya Moammar Khadafi
Sumber :
  • AP Photo/Evan Vucci

VIVAnews - Pemimpin Libya, Muammar Khadafi, sudah bertekad tidak mau mundur dan tidak sudi berkompromi. Maka, satu-satunya cara adalah membunuh Khadafi.

Diberitakan Voice of America (VoA), saran 'luar biasa' itu dilontarkan mantan diplomat Libya, yang pernah menjadi penerjemah Khadafi, Abubaker Saad. Dia kini beralih profesi menjadi profesor di Universitas Western Connecticut State, Amerika Serikat.

"Setelah 42 tahun berkuasa dan menyaksikan pemberontakan di dua negara tenggara, yaitu Tunisia dan Mesir, kita mengira dia (Khadafi) akan belajar dari pengalaman itu dan segera berkompromi, negosasi, atau berdialog terbuka. Tapi dia tidak akan bersedia melakukannya dan seluruh dunia sudah tahu itu," kata Saad seperti dikutip VoA, Kamis, 24 Februari 2011.

"Bila ada pemimpin yang tidak mau berkompromi, atau bahkan tidak mau duduk dan berdialog, satu-satunya alternatif adalah menyingkirkan dia, membunuhnya untuk mengakhiri situasi ini," kata Saad, merujuk kepada konflik tanpa henti di Libya sejak 15 Februari lalu.

Dalam siaran pidatonya yang kedua di tengah pergolakan, Kamis waktu setempat, Khadafi tidak menyiratkan sedikitpun niat untuk mundur. Bahkan, dia menyalahkan pihak lain, yaitu Osama bin Laden dan kelompok al-Qaeda yang dia pimpin sebagai provokator kerusuhan.

Sejumlah kota besar di Libya, termasuk Benghazi, telah dikuasai massa pemberontak. Namun, Khadafi mengerahkan milisi bayaran dan tentara yang tetap loyal kepada dia untuk mempertahankan Ibukota Tripoli. Khadafi tampak tidak peduli dengan sikap sejumlah menteri dan duta besar, yang telah mundur karena tidak setuju dengan langkahnya dalam menggunakan kekerasan kepada para demonstran.

Menurut mantan Menteri Dalam Negeri Abdul Fattah Younis al Abidi, Khadafi adalah pemimpin yang "keras kepala." Penguasa berusia 68 tahun itu menyatakan tidak gentar menghadapi tuntutan mayoritas warganya.

Bahkan, menurut penuturan Abidi, mantan bosnya itu tergolong nekad. "Dia akan memilih bunuh diri atau dibunuh," kata Abidi kepada stasiun berita CNN. Abidi mengaku sudah mengenal Khadafi sejak 1964. (kd)