Negosiasi Gagal, Pro Khadafi Bakal Diserang

Pasukan pemberontak di depan kota Bani Walid.
Sumber :
  • AP Photo/Alexandre Meneghini

VIVAnews - Negosiasi antara pasukan pemberontak Libya di bawah bendera Dewan Transisi Nasional (NTC) dan pendukung Muammar Khadafi di kota Bani Walid menemui jalan buntu. Maka, kota yang yang menjadi basis pro Khadafi itu berisiko diserang sewaktu-waktu setelah mereka menolak menyerah.

Menurut kantor berita Associated Press, 5 September 2011, pasukan pemberontak yang tergabung dalam NTC meminta agar pasukan Khadafi di kota tersebut menyerahkan diri. Namun, negosiator dari pihak pemberontak, Abdullah Kanshil mengatakan negosiasi gagal setelah Moussa Ibrahim, juru bicara Khadafi, meminta pemberontak menurunkan senjata mereka sebelum memasuki kota.

Pemberontak mengatakan kota yang terletak sekitar 140 kilometer sebelah tenggara Tripoli tersebut adalah sarang tentara pro Khadafi. Pemberontak meyakini jumlah tentara loyalis tidak terlalu besar, namun memiliki persenjataan berat untuk memaksa para penduduk untuk tetap mendukung pemerintah.

"Kami kasihan dengan penduduk Bani Walid. Kami berharap yang terbaik untuk mereka," ujar Kanshil yang lahir di kota tersebut.

Kanshil mengatakan pertempuran kerap terjadi di beberapa wilayah sekeliling kota dalam empat hari terakhir. Para tentara di dalam kota menembaki pemberontak dengan roket dan senapan mesin. Serangan balasan akan segera dilakukan, setelah negosiasi dianggap tidak dapat dilanjutkan lagi.

"Pertempuran akan segera dilakukan dalam hitungan jam," kata Kanshil.

Kota Kelahiran

Kendati pasukan pemberontak mengklaim telah menguasai beberapa kota di Libya, namun Khadafi masih tetap berkuasa dari tempat persembunyiannya. Itu termasuk Bani Walid dan Sirte, yang merupakan kota kelahiran Khadafi. Diyakini, Khadafi berada di salah satu kota tersebut.

Spekulasi ini bukannya tanpa perhitungan. Kehadiran Moussa ibrahim di Bani Walid menunjukkan bahwa kota itu diduduki oleh para petinggi Khadafi. Perwakilan Bani Walid untuk Dewan Transisi Libya, Mubarak al-Saleh, mengatakan bahwa para tentara pemberontak akan menyerang para loyalis Khadafi, namun tetap melindungi warga sipil.

"Kami pastikan para pejuang kami adalah Muslim sejati yang tidak akan menyakiti siapapun kecuali mereka yang tangannya telah ternoda darah," kata Saleh.