Protes Anti-Pemerintah di Venezuela Kembali Telan Korban

Situasi di salah satu sudut Venezuela saat terjadi demonstrasi.
Sumber :
  • Reuters/Eduardo Ramirez

VIVA.co.id – Dua mahasiswa Venezuela dan seorang aparat militer tewas dalam tertembak dalam aksi demonstrasi menentang Presiden Nicolas Maduro.

Warga Venezuela kembali turun ke jalan melakukan demonstrasi menentang Maduro. Warga di Caracas dan kota-kota lain di negara tersebut terus mencela Maduro yang menurut mereka telah mengikis demokrasi dan membuat negara yang selama ini kaya minyak itu menjadi kacau.

Aksi yang awalnya hanya diikuti oleh ratusan orang itu lalu berkembang menjadi ribuan orang, termasuk pendukung Maduro yang berusaha melawan demonstrasi anti-pemerintah. Demonstrasi akhirnya pecah menjadi bentrokan, dan terjadi di seluruh wilayah di Venezuela.

Protes terhadap Maduro sudah terjadi sejak 2014. Namun Presiden Venezuela itu mengatakan, di bawah negara yang damai, protes itu adalah upaya oposisi untuk memungkinkan terjadinya kudeta untuk mengakhiri sosialisme di Venezuela.  Tapi pihak oposisi mengatakan Maduro telah berubah menjadi seorang diktator dan menuduh pemerintahnya menggunakan warga sipil bersenjata untuk menyebarkan kekerasan dan ketakutan.

Dengan tiga kematian tersebut berarti sudah delapan orang kini terbunuh saat melakukan demonstrasi di Venezuela sepanjang bulan ini. Pihak oposisi menyalahkan kematian pada pasukan keamanan dan kelompok-kelompok paramiliter. Kelompok HAM Penal Forum mengatakan, sudah lebih dari 400 orang ditangkap saat demonstrasi pada hari Rabu, 19 April 2017.

Meski sudah terjadi bentrokan dan ada korban tewas, pihak oposisi mengatakan akan kembali menggelar demonstrasi lagi pada hari Kamis, 20 April 2017. Sejumlah pengamat mengatakan aksi tersebut berpotensi menimbulkan  gangguan  sosial yang berkepanjangan di Venezuela. "Tempat yang sama, waktu yang sama," kata pemimpin oposisi Henrique Capriles pada Rabu malam. "Jika kita berjuta hari ini, besok kita akan lebih banyak lagi," ujarnya meyakinkan.

Dua mahasiswa yang menjadi korban salah satunya adalah Carlos Moreno, yang baru berusia 18 tahun. Ia meninggalkan rumahnya untuk bermain sepak bola di Caracas saat para pendukung pemerintah bersenjata mendekati sebuah tempat pertemuan oposisi di dekatnya dan melepaskan tembakan. Menurut saksi mata, dia ditembak di kepala.  Tiga petugas keamanan mengatakan bahwa dia kemudian meninggal di sebuah klinik setelah menjalani operasi.

Kemudian pada hari Rabu di tempat persembunyian oposisi San Cristobal di dekat perbatasan Kolombia, Mahasiswa bernama Paola Ramirez meninggal setelah ditembak oleh orang-orang yang mengejar dia dan pacarnya.