Ketika Sumo Tak Lagi 'Milik' Jepang

Ilustrasi-Latihan para pegulat sumo
Sumber :
  • REUTERS/Thomas Peter

VIVA.co.id – Tomozuna Oyakata, pria kelahiran Mongolia menjadi orang pertama yang bukan berasal dari Jepang memimpin atlit Sumo di negeri Sakura.

Ya, sejak tahun 1992, secara perlahan, seperti dilaporkan Reuters, Sumo mulai ditinggalkan oleh orang Jepang.

Sulitnya program latihan yang menuntut kewajiban patuh terhadap tradisi Jepang akhirnya membuat orang-orang Jepang meninggalkan Sumo.

Karena itu, kini pegulat Sumo mulai didominasi oleh pendatang, terutama dari Mongolia. Mereka yang dari tanah Mongol ini rela dan patuh menghadapi proses latihan Sumo yang berat.

FOTO: Para pegulat Sumo asal Mongolia sedang bersantap siang

Pengakuan mereka, tidak ada latihan yang berat yang harus mereka keluhkan. Masalahnya cuma pada bahasa dan pastinya mereka harus meninggalkan identitas lama mereka. "Bahasa adalah sumber stres terbesar," ujar Tomozuna yang memiliki nama ring Kyokutenho seperti dikutip dari Reuters.

"Saya tidak dapat mengerti apa-apa saat dimarahi atau pun ketika menerima pujian," ujarnya.

Menjalani hidup sebagai pegulat Sumo, berarti memasuki gaya hidup tradisional Jepang yang keras dan disiplin tinggi. Mulai dari berpakaian hingga kewajiban patuh terhadap hirarki menjadi hal yang harus diikuti.

Namun demikian, kondisi inilah yang kemudian membuat generasi muda Jepang menolak untuk menjadi penerus Sumo. "Kami harus mengenakan kimono, sandal dan aturan hidup Jepang serta Sumo," kata Tomozuna yang kini menjadi pemilik sasana Sumo.

FOTO: Latihan para pegulat Sumo di Jepang

Setiap pegulat Sumo harus mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori hingga 8.000 kalori per hari. Umumnya sumber ini didapat dari kaki babi, ikan sarden dan sup daging khusus.

Kemudian, setiap pesumo itu harus tidur siang untuk mempercepat bobot tubuh mereka naik. Sehingga kolaborasi lemak dan otot bisa tumbuh dan berkembang.