Siswa SMK di Medan Tewas Diduga Jadi Korban Rudapaksa, Sang Ayah Ungkap Kondisi Terakhir Anaknya

Ilustrasi kekerasan
Sumber :
  • pixabay

Medan – Seorang siswi SMK di Medan berusia 15 tahun ditemukan tewas dalam kondisi tragis. Dia diduga menjadi korban dirudapaksa di sebuah kamar kos-kosan, di Jalan Jamin Ginting, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Sabtu dini hari, 2 Desember 2023.

Ayah korban berinsial US (38) menceritakan apa yang terjadi dialami putrinya tersebut. Berawal kegelisahan dirinya, Jumat sore, 1 Desember 2023, anaknya tidak kunjung pulang dari sekolahnya.

US mendatangi rumah teman korban yang satu sekolah. Temannya, sedang mengikuti ekstrakurikuler (ekskul) di sekolahnya. Keresahan orang tua korban, hingga malam hari, korban belum juga pulang ke rumah.

"Jadi Jawaban mereka anak tulang lagi ekskul, saya tunggu-tunggulah di rumah. Sampai malam, saya tanya lagi ke kawannya," ucap US kepada wartawan, di rumah di Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, Senin, 4 Desember 2023.

Ilustrasi kasus pemerkosaan

Photo :
  • VIVA.co.id/Andry Arifin

Kemudian US mendapat telepon dari teman korban. Yang, memberikan informasi kepada orang tua korban, apa yang terjadi dengan gadis malang itu.

"Yang menelepon dia (teman korban) ini, dari WhatsApp anak saya, tapi yang menelepon bukan dia lagi. Saya tanya langsung ke mana kalian taruh anak saya, yang jawab ibu-ibu, dia bilang pak kok jadi nyalahin saya, kami hanya mengonfirmasikan anak bapak lagi jegang-jegang, saya meluncur ke TKP," jelasnya.

Bapak korban, melihat anaknya dalam keadaan sekarat alias tak sadarkan di dalam kos-kosan tersebut. Dengan kondisi gadis malang itu, mengeluarkan buih putih dari mulut dan hidungnya.

"Ditunjukkan lah ruangan yang paling sudut, ruangan TKP anak saya tertidur, gak sadarkan diri. Posisi celananya berseragam sekolah sudah gak itu lagi, sudah pakai training, dari mulut dan hidung keluar buih," ungkapnya.

Sedangkan, ibu korban melihat putri terkujur kaku, menangis karena tidak tegah melihat korban seperti itu."Celana training anak saya berdarah-darah, di TKP ada botol minuman, seperti minuman kita duga ada campuran, ada juga kondom," ucapnya.

Orang tua korban, membawa gadis tersebut  ke RSUP Adam Malik, Kota Medan. Namun, korban semakin memburuk hingga akhirnya meninggal dunia pada Sabtu, 2 Desember 2023 sekitar pukul 03.30 WIB. 

Setelah itu, US membuat laporan ke Polrestabes Medan, untuk kasus dialami anak dapat diproses dan para pelaku ditangkap petugas kepolisian.

"Harapan keluarga seluruh pelaku diusut tuntas," ucap ayah korban dengan nada sedih.

Ayah korban meminta agar aparat kepolisian memberikan hukuman seberat-beratnya kepada pelaku, kalau pelaku dihukum mati. "Kami minta pelaku dihukum mati, setimpal dengan perbuatannya yang keji hingga membuat anak saya meninggal," ucap US sembari menangis. 

Ia mengatakan ahwa antara anaknya dan pelaku baru 2 minggu berkenalan lewat Facebook. Usai berkenalan, keduanya lalu bertemu. 

"Sudah dua kali bertemu, pertama anak saya dijemputnya dan diantar pulang di daerah dekat rumah. (Pertemuan) yang kedua, Jumat 1 Desember 2023 kemarin, saat anak saya lama pulang dan akhirnya meninggal dunia," ungkap US. 

Sang ayah menjelaskan, saat itu putri sulungnya dijemput oleh pelaku yang baru dikenalnya lalu dibawa ke tempat kos-kosan di Jalan Jamin Ginting Medan Selayang. 

"Saya duga anak saya dicekoki minuman yang sudah bercampur (obat) hingga anak saya tak sadarkan diri lalu pelaku melakukan kejahatannya (memperkosa) korban," kata ayah korban.

Ilustrasi kekerasan.

Photo :
  • Pixabay

Terpisah, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan, Kompol Teuku Fathir Mustafa mengungkapkan bahwa pihaknya, berhasil menangkap seorang pelaku, diduga terlibat dalam rudapaksa atau pencabulan terhadap korban.

"Iya benar, satu orang pelaku yang diduga melakukan pencabulan terhadap korban siswi SMK, sudah diamankan," kata Fathir.

Pelaku diamankan tersebut, WAS (17) dan masih berstatus pelajar SMA di salah satu SMA swasta di Kota Medan.

"Terhadap yang bersangkutan masih dilakukan pemeriksaan intensif," tutur Fathir sembari mengaku masih terus mendalami kasus ini.