DKI Tolak Bus Khusus Wanita, Apa Alasannya

Antrian Penumpang Transjakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews - Kasus pelecehan seks terhadap wanita di bus Transjakarta terus terjadi. Guna mencegahnya, sejumlah kalangan mengusulkan agar pemerintah menyediakan bus khusus perempuan. Negara yang sukses menerapkan jurus pemisahan itu adalah Brazil dan Jepang. Para wanita menumpang bus khusus berwarna pink.

Tapi usul pemisahan itu ditolak pemerintah DKI Jakarta. Alasannya jumlah armada bus masih sangat terbatas.

Manajer Pengendalian Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta, Gunardjo, mengatakan bahwa pemisahan penumpang berdasarkan jenis kelamin sulit dilakukan. Untuk mengantisipasi pelecehan seks itu, katanya, BLU telah menugaskan satgas khusus wanita. Tugas mereka mengawasi suasana dalam bus.

"Yang bisa kami lakukan adalah  mengimbau agar penumpang mengisi ruang kosong dan tak bergerombol di pintu dan meminta wanita menjaga diri lebih baik," ujar Gunardjo di Jakarta, Kamis, 10 Februari 2011.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, menyangsikan bahwa pengadaan bus TransJakarta khusus perempuan belum tentu efektif mencegah pelecehan seks di dalam bus.

Penerapan gerbong kereta api khusus perempuan, kata Pristono memberi contoh, tidak berjalan baik sebab banyak yang melanggar dan nyelonong ke gerbong wanita. Jadi kuncinya adalah pengawasan.

Pristono menegaskan bahwa kemungkinan terjadinya pelecehan seks  di dalam bus,  terutama karena penumpang wanita dan laki-laki saling berdesakan.

"Headway busway (jarak antara satu bus dengan bus lainnya) harus 5-10 menit tak boleh lebih dari itu. Kalau lebih dari itu akan terjadi penumpukan dalam bus dan halte, disitulah kemungkinan pelecehan seksual terjadi," katanya.

Pemerintah DKI sudah menganggarkan penambahan armada bus TransJakarta dalam APBD 2011. "Ada 44 armada bus gandeng yang akan mulai beroperasi pada akhir Desember 2011, dananya mencapai Rp180 miliar," jelasnya.