Perbedaan Ahok dan Djarot Cari Dana Kampanye

Ahok dan Djarot saat daftar ke KPUD
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

VIVA.co.id – Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, mengaku enggan meniru langkah koleganya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, yang mengumpulkan dana kampanye di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI dengan menggelar makan malam atau menjadi pembicara seminar.

Djarot yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan Bidang Keanggotaan dan Organisasi, lebih memilih mencari dana kampanye dengan bergotong royong bersama seluruh kader dan anggota PDI Perjuangan, mulai dari tingkat DPP, DPD, DPC, PAC hingga anak ranting.

"Aku enggak begitu. Aku sama anak-anak ini sajalah (kader dan anggota PDI Perjuangan). Kami urunan Rp10.000, Rp5.000 atau nasi bungkus begitu ya. Saya mah yang digorong-gorong saja," kata Djarot di Balai Kota DKI, Jakarta, Senin, 3 Oktober 2016.

Menurut Djarot, setiap orang mempunyai cara masing-masing dalam mencari dana kampanye. Ia mengandalkan mesin partai untuk memenangkan pasangan Ahok-Djarot di Pilkada DKI Jakarta 2017.

“Relawan Djarot juga sudah mulai bergerak. Mari hadapi (Pilkada) ini dengan perasaan gembira, senang dan happy. Yang penting happy lah, selalu happy," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, Ahok menyatakan akan mulai menerapkan tarif yang harus dibayar orang-orang yang hendak menemuinya. Tarif itu bisa terjangkau, hanya Rp10.000, bila pertemuan adalah acara umum seperti Teman Ahok Fair.

Untuk acara yang sifatnya khusus, seperti makan malam, Ahok menerapkan tarif antara Rp2 juta hingga Rp10 juta. Sementara, undangan untuk menjadi pembicara atau pelawak, akan ia ladeni dengan tarif puluhan juta rupiah. Hal itu dilakukannya untuk mengumpulkan dana kampanye. (ase)