Kerabat Korban Penembakan di NTT Curiga Pelaku Disembunyikan

Ferdinandus Taruk (22 tahun), korban tewas akibat penembakan di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Sumber :
  • Jo Kenaru

VIVA – Keluarga Ferdinandus Taruk (22 tahun), korban tewas akibat penembakan di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, mencurigai identitas pelaku disembunyikan.

Sebab, sebenarnya ada sejumlah petunjuk yang dapat ditelusuri untuk menemukan tersangka tetapi polisi belum dapat mengungkapnya hingga peristiwa itu sudah hampir dua pekan berlalu.

Keluarga korban sesungguhnya ikut mencari keterangan tentang peristiwa penembakan pada malam 27 Maret 2018 itu. Saat kejadian memang sedang ada operasi eliminasi anjing liar di wilayah Kelurahan Karot, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai.

Diperoleh informasi bahwa sejumlah personel Babinkantibmas dan Babinsa setempat ada bersama Ferdinandus saat peristiwa itu. Dua oknum diketahui adalah kawanan dari warga sipil yang tengah memburu anjing liar menggunakan senapan angin jenis jegluk.

“Artinya, aparat tahu siapa-siapa warga sipil yang membawa senapan jegluk waktu itu tapi sepertinya sengaja ditutup-tutupi,” kata Yos Syukur, juru bicara keluarga Ferdinandus, saat ditemui di Rumah Sakit dr Ben Mboi Ruteng pada Sabtu malam, 7 April 2018.

Keluarga korban menilai belum ada kesungguhan dari aparat untuk mengungkap kasus itu, sejak korban masih hidup hingga meninggal dunia kemarin. Lambannya pengungkapan kasus menimbulkan kecurigaan seolah ada pihak-pihak tertentu yang sengaja dilindungi.

“Siapa pun itu pelakunya harus ditangkap. Nyawa saudara kami ini melayang sia-sia oleh mereka yang sedang memburu anjing liar yang tergabung dalam Tim Koordinasi (Tikor) pemberantasan Hewan Penularan Rabies Kelurahan Karot,” kata Yos.

Belum ada petunjuk

Dihubungi terpisah, Kepala Polres Manggarai, Ajun Komisaris Besar Polisi Cliffry Steani Lapian, mengatakan bahwa pengusutan kasus itu tengah berjalan. Sejumlah saksi masih diperiksa.

“Belum ada petunjuk yang mengarah ke orang yang diduga kuat sebagai pelaku. Semua yang diperiksa masih sebagai saksi,” katanya.

Polisi akan mengautopsi kepala jenazah Ferdinandus untuk mengeluarkan pelurunya. Penyidik dari Polda Nusa Tenggara Timur yang akan mengautopsinya langsung.

“Kita keluarkan dulu pelurunya untuk kemudian diperiksa di laboratorium Polri. Peluru ini merupakan kunci untuk mengungkap kasus ini,” katanya.

Koma sepekan

Ferdinandus Taruk mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit dr Ben Mboi Ruteng pada Sabtu, 7 April. Kematian pria asal Kelurahan Karot itu meninggalkan duka mendalam bagi keluarga sebab dia meninggal dengan peluru masih bersarang di kepalanya.

Korban padahal hendak dirujuk ke Rumah Sakit Sanglah di Denpasar, Bali, untuk dilakukan pengangkatan peluru seiring dengan membaiknya kondisi korban yang mulai sadar setelah koma selama sepekan.

Anak ketiga pasangan Paulus Jemena dan Monika Munur itu adalah korban penembakan oleh orang tak dikenal. Keluarga mengatakan, saat kejadian memang sedang ada operasi eliminasi anjing liar di wilayah Kelurahan Karot.

 
Jo Kenaru/Manggarai