Pahlawan Nasional, Jasa Sardjito dari Buat Biskuit hingga Pendidik

Rektor UGM bersama lukisan Sardjito
Sumber :
  • Dok UGM

VIVA – Sebanyak enam tokoh dianugerahi gelar pahlawan nasional di Istana Negara, Jumat, 8 November 2019. Salah satunya merupakan tokoh yang berjasa di bidang pendidikan, yakni Profesor Dr Sardjito.

Sardjito pernah menjadi rektor di dua universitas di Yogyakarta. Dia menjadi rektor pertama di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 1950 dan menjadi rektor ketiga Universitas Islam Indonesia (UII) pada tahun 1964-1970. Selain menjadi rektor, dia juga membidani lahirnya perguruan tinggi lain.

Rektor UGM, Panut Mulyono bilang bahwa Sardjito sangat berjasa saat perang kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Tak cuma di bidang pendidikan, ikut terjun ke medan perang, tapi juga punya banyak jasa lain.

Sardjito membuat makanan dengan formula khusus untuk para pejuang kemerdekaan. Makanan tersebut membantu para pejuang yang terjun ke medan perang saat kesulitan membawa bekal makanan. Makanan dalam bentuk biskuit, yang akhirnya dikenal dengan nama biskuit Sardjito tersebut membuat rasa kenyang lebih lama.

"Biskuit Sardjito itu mempunyai formula yang khusus, sehingga bisa menahan lapar atau energinya cukup besar untuk di lapangan," kata dia, Jumat, 8 November 2019, seperti dikutip dari VIVAnews.

Tak cuma itu, Sardjito juga berperan di bidang medis. Dia berjasa terhadap berdirinya Palang Merah Indonesia (PMI) dan menjadi Kepala Institut Pasteur Bandung untuk meneliti obat-obatan dan mengamankan vaksin cacar dari tentara Jepang dan Sekutu. Vaksin cacar yang dikembangkan Institut Pasteur sangat dibutuhkan saat perang kemerdekaan.

"Waktu itu memindahkan vaksin jika dibawa, mungkin wadahnya itu takut ketahuan di jalan oleh pemerintah Belanda atau Jepang saat itu, sehingga (vaksin cacarnya) disuntikkan ke kerbau. Setelah sampai Klaten itu, vaksinnya diambil lagi," tutur dia.
 
Karena itu, untuk mengenang jasa-jasanya, UGM dan pemerintah mengabadikan nama Sardjito menjadi nama rumah sakit terbesar di Yogyakarta. Dan hari ini, namanya juga dikukuhkan menjadi pahlawan nasional bersama lima tokoh lainnya.

Kelima tokoh lainnya yang juga mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah hari ini, yakni anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Mereka, yakni KH Abdul Kahar Mudzakir, A. A Maramis, dan KH Masykur. Selain itu, jurnalis perempuan dari Sumatera Barat Ruhana Kudus dan tokoh Sulawesi Tenggara, Sultan Himayatuddin Saidi atau Oputa Yii Ko.