Siswa SMP di Malang di-Bully 7 Temannya Hingga Lebam-lebam

Kepala SMPN 16 Kota Malang, Syamsul Arifin.
Sumber :
  • Lucky Aditya/VIVAnews.

VIVA – Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16 Kota Malang berinisial MS (13 tahun) menjadi korban perundungan atau bullying oleh tujuh teman di sekolahnya. Dia diduga menjadi korban kekerasan karena ditemukan luka lebam di beberapa bagian tubuh.

Kini MS tak dapat mengikuti aktivitas belajar mengajar seperti biasanya di sekolah, karena harus mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Lavalette, Kota Malang. Aksi kekerasan ini pun telah dilaporkan ke Polresta Malang Kota, oleh Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Malang.

Kapolresta Malang Kota, Komisaris Besar Polisi Leonardus Simarmata, telah mengecek langsung ke rumah sakit. Dia membenarkan ada luka lebam pada korban yang diduga akibat kekerasan. Luka lebam itu berada di bagian jari, pergelangan tangan, kaki, dan punggung.

"Kepolisian akan memproses secara hukum, saya memang melihat ada dugaan kekerasan. Kami sudah mintakan visum keseluruhan tubuh. Kita tunggu hasilnya seperti apa," kata Leo, Senin, 3 Februari 2020.

Leo mengatakan, ada tujuh siswa sekolah yang dilaporkan melakukan perundungan ke MS. Karena kasus perundungan ini melibatkan anak di bawah umur kasus ini akan ditangani langsung oleh unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Malang Kota, termasuk memberikan pendampingan dan perlindungan ke MS.

Kepala SMPN 16 Kota Malang, Syamsul Arifin mengatakan, tujuh siswa terduga pelaku kekerasan dengan MS merupakan satu teman di organisasi internal sekolah. MS dan tujuh terduga pelaku perundungan tergabung dalam Badan Dakwah Islam (BDI) dan Pramuka. Dia menilai perundungan yang dialami MS karena bercanda yang keterlaluan.

"Saya yakin ini bukan kesengajaan, hanya gurauan anak sebaya. Korban itu memang anak diam sekali, anak pintar sekali lah. Tapi kami tidak berandai-andai sekolah itu adalah lembaga edukasi ya, jangan sampai salah penanganan menyebabkan trauma berkepanjangan," tutur Syamsul.

Sementara itu, peristiwa yang dialami MS terjadi pada Jumat, 24 Januari 2020 saat bersama tujuh rekan sekolahnya di Masjid sekolah. Kemudian pada Senin, 27 Januari 2020 ,sekolah mendapat laporan dari keluarga korban, bahwa MS tidak masuk sekolah karena dirawat di rumah sakit akibat perundungan.