Bahan Baku Mahal, Wayang Kulit Terancam

Wayang Kulit
Sumber :
  • corbis.com

VIVAnews - Naiknya harga bahan baku dan biaya produksi kerajinan tatah sungging atau wayang kulit tak sebanding dengan penjualan. Akibatnya, puluhan pengrajin di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memilih menghentikan produksinya alias gulung tikar.

"Pengrajin saat ini tidak sanggup membeli bahan baku kerajinan wayang kulit dan proses produksi yang semakin mahal," kata Darno Surya, salah seorang pengrajin di Desa Bangunjiwo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu, 23 Juni 2010.

Darno mencontohkan, harga satu lembar kulit kerbau (bahan baku utama) sebesar Rp550.000-600.000, dan harga tanduk kerbau sebesar Rp70.000-200.000. 

Mahalnya harga bahan baku menyulitkan pengrajin untuk menjual hasil karyanya yang bisa mencapai Rp 350.000-1,5 juta. Akibatnya, dalam satu bulan, belum pasti satu wayang laku terjual.

"Memang sulit, pasang harga murah kita rugi, harga mahal pelanggan lari. Tentu ini tidak sebanding. Apalagi, proses pengerjaan yang cukup rumit, karena butuh keterampilan khusus,"

Jikapun belajar, dibutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga wajar jika harga wayang tatah sungging ini relatif lebih mahal.

Menyikapi hal itu, Kepala Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul, Bibit Rustamto tidak bisa berbuat banyak, selain meminta dukungan dari pemerintah, swasta maupun perguruan tinggi.

Padahal, kata Rustamto, hasil karya perajin sempat tembus pasar internasional yakni ke Amerika Serikat dan Jepang. Sementara, untuk pasar luar kota seperti Bali menjadi andalan.

Dengan tutupnya sejumlah usaha ini, mengakibatkan jumlah perajin yang bertahan saat ini mencapai 40 atau menurun sekitar 50% dari tahun 1990-an yang mencapai lebih 100 lebih perajin.

Laporan: KDW | Yogyakarta