Kesaksian Rohaniawan Jelang Seck Osmane Diberondong Peluru

Persiapan pengamanan menjelang detik-detik eksekusi mati di Pulau Nusakambangan, Kamis (28/7/2016)
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Pendamping rohani terpidana hukuman mati Seck Osmane, Rina mengungkapkan, sejumlah kejanggalan eksekusi terhadap Osmane yang dilakukan tim eksekutor pada Jumat dini hari, 29 Juli 2016.

Menurutnya, eksekusi mati terhadap Seck Osmane dilakukan secara mendadak tanpa pemberitahuan sebelumnya.

"Iya, ini dadakan tidak ada notifikasi. Tiba-tiba, waktu malam itu diangkat dari ruang isolasi," kata Rina di Rumah Duka RS Saint Carolus Salemba, Jakarta Pusat, Jumat.

Berdasarkan pengakuan Osmane, ia tak takut menghadapi eksekusi mati atas perbuatannya dalam kasus kepemilikan dan pengedaran heroin sebanyak 2,4 kilogram.

Terbukti, dari tiga terpidana mati lainnya Osmane yang terlihat paling siap untuk menjalani eksekusi mati itu.

"Osmane luar biasa, dan saya sangat bangga menjadi pendamping rohaninya. Dia luar biasa siap, untuk menghadapi ini, walaupun awalnya dia tidak begitu terima," katanya.

Lebih jauh, Rina yang juga seorang pastor itu mengaku dia tak setuju penerapan hukuman mati di Indonesia. Sebab, menurut keyakinannya, hidup dan mati seorang manusia sepenuhnya di tangan Tuhan.

Ia mengaku kecewa terhadap penegakan hukum di negara ini. Alasannya, proses hukum Osmane belum tuntas.

"Makanya kita dilarang membunuh dan bunuh diri. Osmane ini merasakan banyak ketidakadilan, karena di Nusakambangan, terpidana bukan cuma dia. Kenapa, dia yang belum diberi kesempatan mengajukan grasi, padahal grasinya sudah didaftarkan pengacaranya, dia masuk eksekusi tadi malam," katanya. (asp)