"Bom Bunuh Diri, Bukan Ciri Teror Indonesia"

Sumber :

VIVAnews - Dua hari pasca bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton, muncul pernyataan yang mengatasnamakan 'Amir Tandzim Al Qo'idah Indonesia Abu Mu'awwidz Nur Din bin Muhammad Top Hafidzohullah', yang mengaku bertanggungjawab atas aksi teror tersebut.

Dalil-dalil dan ayat Al Quran dipergunakan dalam pernyataan tersebut. Menanggapinya, Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Hasyim Muzadi mengatakan tidak ada agama apapun di dunia yang mengajarkan teror baik Islam maupun di luar Islam.

Menurut Hasyim, yang ada hanyalah penafsiran keliru terhadap agamanya baik secara sektarian maupun ada kepentingan-kepentingan tertentu yang diagamakan.

"Misalnya, ditanya pelakunya kenapa anda ngebom? Karena tidak setuju kepada pemerintah, katanya. Pertanyaan selanjutnya, apa tidak setuju kepada pemerintah itu harus pakai bom? Kenapa tidak pakai civic education?", ujar Hasyim usai mengisi seminar di Hotel Gran Mahakam, Bulungan, Jakarta, Rabu 5 Agustus 2009.

Artinya, lanjut Hasyim, langkah teror  bukan murni perintah dari agama, melainkan pertimbangan aksi yang sudah melalui proses pemikirannya si pelaku sendiri. "Nah proses pemikiran ini dipengaruhi oleh banyak hal. Sektarianisme, politik, ekonomi, ketidakadilan, dan sebagainya," kata Hasyim.

Jika aekarang ada teror di Indonesia kemudian orang menganggap bahwa itu ada hubungannya itu dengan Islam, menurut Hasyim, itu jelas anggapan yang keliru.

"Bagaimana teror yang ada di Ayodhya? Itu tempatnya orang Hindu," tanya Hasyim. "Bagaimana dengan yang di Belfast, Irlandia? Disana Yang ada hanya orang Katolik dan Protestan, Mereka tempur setiap hari saling bunuh, apa itu ajaran Kristen? Kan tidak. Misalnya lagi ada bom di Thailand. Thailand mayoritas penduduknya beragama Budha. Apa Budha mengajarkan teror? Kan tidak," tegas dia.

Jadi, kata dia, ajaran agama tak bisa disatukan dengan perilaku teror yang mengatasnamakan agama. Karena sebenarnya itu terpisah.

Kenapa Islam yang jadi korban tudingan? "Karena ketepatan yang dilawan itu [negara] superpower [yang dianggap memerangi negara Islam]. Kalau yang di Ayodhya itu konflik sendiri," kata Hasyim.

Terkait dengan aksi teror bom bunuh diri di JW Marriot 17 Juli lalu, Hasyim mengungkapkan aksi itu seharusnya aksi semacam tidak ada lagi. "Menurut saya aneh. Seharusnya tidak ada. Saya kira disini ada faktor campuran, tidak hanya karakter agama. Mungkin ada karakter yang lain," kata dia.

Karena Hasyim melihat gejalanya lain. Menurut dia, aksi bom bunuh diri itu selalu dilakukan orang luar, orang Indonesia tidak mungkin aksi seperti itu. "Kalau orang Indonesia, yang di-brain washing oleh mereka (teroris asing), paling ngebom terus dia lari," ujarnya.

Hasyim seperti enggan membahas lebih banyak soal siapa kemungkinan pelakunya dan apa latar belakangnya. Yang jelas kata dia bukan orang Indonesia.