Pengamat: PKS Alami Krisis Citra

sorot kampanye pks 2009 - Kampanye Akbar PKS
Sumber :
  • VIVA/Tri Saputro

VIVAnews - Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada AAGN Ari Dwipayana mengatakan insiden penginjakan kain mirip Bendera Merah-Putih oleh kader PKS saat milad ke-13 di Tasikmalaya kian menguatkan PKS berada dalam krisis identitas. Pasalnya rentetan kasus-kasus yang dialami  PKS telah menyerang citranya yang bersih dan bermoral.

“PKS dari awal adalah partai berbasis agama yang mengusung citra bersih, antikorupsi dan bermoral, tetapi citra tersebut telah terpatahkan dengan kasus-kasus yang dialaminya," kata Ari kepada VIVAnews di Yogyakarta, Selasa, 26 April 2011.

Menurut Ari, kasus yang dialami oleh kader PKS mulai dari Misbakhun, serangan dari pendiri Partai Keadilan Yusuf Supendi, kasus anggota Majelis Syuro PKS Arifinto yang kepergok menonton video porno,  dan terakhir penginjakan bendera mirip Merah Putih merupakan pukulan terhadap citra yang telah dibangunnya bertahun-tahun.

“Kasus-kasus tersebut akan berdampak pada segmentasi pemilih dari PKS. Sebagaimana diketahui segmentasi pemilih PKS adalah pemilih tradisional yaitu santri-santri di perkotaan dan kelas menengah perkotaan. Dan jelas kasus yang dialami PKS akan mempengaruhi tingkat kepercayaan terhadap partai ini," ujar Ari.

Terlebih lagi, Ari menjelaskan, serangan juga datang dari internal, seperti dari sang pendiri, Yusuf Supendi. Sementara kasus bendera, menurut Ari, bisa membuat pemilihnya curiga. "Di sini PKS diserang dari sisi nasionalismenya. PKS yang dianggap sebagai jaringan transnasional Ikhwanul Muslimin membuat para pemilihnya juga curiga."

Beberapa waktu lalu, Ketua Fraksi PKS Mustafa Kamal menyatakan langkah Arifinto justru telah membangun kultur baru di perpolitikan Indonesia yaitu siap mundur secara sukarela untuk menunjukkan tanggung jawab kepada publik. Kamal menilai, Arifinto menunjukkan penghargaan tinggi kepada institusi DPR sebagai lembaga tinggi negara dan juga kepada PKS yang ia ikut rintis sejak awal.

Pengajuan mundur dari Arifinto, menurut Mustafa, menunjukkan sikap bertanggungjawab dan ksatria. “Terlepas di internal masalah ini juga diproses sesuai aturan, namun Pak Arifinto memberi contoh yang baik untuk kader, pejabat publik, dan seluruh rakyat Indonesia, bahwa pejabat publik harus memikirkan publik yang lebih luas dalam setiap pikiran dan tindakannya,” ujarnya.

Sementara soal bendera, Wakil Sekjen PKS Mahfudz Siddiq menyebut sebagai insiden yang multitafsir. Aksi injak bendera itu tidak ada maksud kesengajaan untuk melecehkan lambang negara itu. (eh)

Laporan Fajar Sodiq | Yogyakarta