Calonkan Agus Jadi Cagub DKI Dianggap Perjudian Besar SBY

SBY dan keluarga (istri, dua anak, menantu dan cucu)
Sumber :
  • Antara/ Widodo S Jusuf

VIVA.co.id – Pencalonan Mayor TNI Agus Harimurti Yudhoyono, yang dipasangkan dengan Sylviana Murni dalam Pilkada DKI 2017 mendatang, masih mengejutkan banyak pihak. Padahal, selama ini Agus dipandang sudah memiliki karier militer yang bagus.

"Saya melihat ada kalkulasi yang dilakukan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) sebagai tokoh yang sudah malang melintang di politik dan memiliki jam terbang yang tinggi di dunia politik. Dia melihat TNI tidak lagi memiliki posisi yang signifikan di politik. Sejak turunnya Pak Harto, TNI dalam politik terus menurun," kata pengamat politik dari Universitas Indonesia Vishnu Juwono, dalam diskusi publik “Seteru Panas Pilkada DKI, Siapa Kuat?” di kawasan SCBD, Jakarta, Kamis, 29 September.

Dengan masuknya Agus ke dalam ranah politik melalui partai, Agus akan memiliki pengaruh politik yang besar di Indonesia. "Pencalonan Agus ini ada gamble (perjudian) yang besar dari SBY. Karena Agus masih sangat muda, karier militernya juga cemerlang, namun kiprah politik nasionalnya masih minim," imbuh Vishnu.

Di samping itu, Vishnu juga menilai jika pencalonan Agus dalam Pilkada DKI merupakan cara SBY dalam meningkatkan popularitas Agus. Dia akan memanfaatkan pencalonan ini sebagai cara mengenalkan Agus pada masyarakat melalui Jakarta. Karena, selama pilkada ini sosok Agus akan terus disorot.

"Bagaimana pun, SBY tidak mungkin mencalonkan Agus tanpa tujuan politik yang jelas. Apalagi sampai mengizinkan putranya meninggalkan karier militer demi pindah ke politik," katanya.

Sementara itu, Anggota DPR RI dan Ketua DPW PAN DKI Jakarta, Eko Hendro Purnomo, mengatakan, pengajuan nama Agus Yudhoyono sebagai calon yang diusung Koalisi Cikeas juga mengejutkan SBY. Bahkan ketika nama Agus resmi dicalonkan, Ani Yudhoyono merasa sedih.

"Tidak ada sejarahnya SBY yang mengajukan. Awalnya bahkan tidak setuju karena Agus sedang latihan di Australia. Tapi akhirnya disetujui, minimal kita bisa menyandingkan nama yang bisa sejajar dengan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga. Kita melihat bagaimana bisa mengalahkan atau paling tidak bisa sejajar," kata Eko.

(ren)