TNI Diingatkan agar Alutsista Tak Jadi Peti Mati Prajurit
- VIVA.co.id/istimewa
VIVA.co.id - Tentara Nasional Indonesia diingatkan agar alat utama sistem persenjataan (alusista) yang dimiliknya tak menjadi senjata makan tuan bagi prajurit.
Insiden malafungsi sebuah meriam jenis Giant Bow buatan Tiongkok yang menewaskan empat prajurit di Natuna, Kepulauan Riau, harus menjadi peringatan agar TNI cermat memilih senjata.
"Yang jadi pertaruhan bukan pertahanan kita saja tapi keselamatan prajurit harus jadi prioritas. Jangan sampai alutsista jadi peti mati bagi prajurit," kata anggota Komisi Bidang Pertahanan DPR, Charles Honoris, saat dihubungi VIVA.co.id pada Senin, 22 Mei 2017.
DPR menunggu hasil investigasi insiden saat latihan pendahuluan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Natuna itu untuk mengetahui penyebab malafungsi karena faktor kelalaian prajurit atau memang senjatanya yang bermasalah.
"Apa betul karena alutsista bermasalah atau ada human error (kelalaian prajurit TNI). Sebelum investigasi, saya tak bisa banyak berkomentar," kata Charles.
Bukan faktor buatan Tiongkok
TNI sedang menginvestigasi peristiwa malafungsi meriam Giant Bow. Namun penyelidikan bukan karena alasan senjata itu produksi Tiongkok.
Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Alfret Denny Tuejeh, malafungsi senjata militer bisa terjadi pada produksi mana pun.
"Insiden di Natuna ini memang akan diinvestigasi, tetapi dalam rangka untuk mengetahui secara pasti penyebab kejadian ini. Bukan karena meriamnya produk China (Tiongkok). Produk negara mana pun kalau terjadi insiden serupa," ujar Alfret melalui pesan tertulis kepada VIVA.co.id pada 19 Mei 2017.
TNI, kata Alfret, selalu mengkaji kelayakan setiap alutsista. Ia memastikan TNI menyampaikan hasil investigasi kepada publik. Namun, ia menegaskan, investigasi sama sekali bukan untuk menyoroti kualitas alutsista asal Tiongkok.
Senjata spektakuler
Kualitas alutsista produk Tiongkok kerap disorot. Sebuah peluru kendali (rudal) jenis C705 produksi Tiongkok terlambat meluncur ketika digunakan dalam latihan gabungan militer XXIV/2016 pada September 2016. Peristiwa itu bahkan disaksikan Presiden Joko Widodo.
Peristiwa termutakhir ialah sebuah meriam Giant Bow, produksi Tiongkok juga, malafungsi sehingga menembak liar tak terkendali lalu mengenai para prajurit saat latihan pendahuluan PPRC di Natuna pada 17 Mei 2017.
Meriam termasuk senjata andalan yang digunakan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) TNI Angkatan Darat. TNI memiliki 18 unit meriam Giant Bow yang tersebar di Satuan Arhanud se-Indonesia. Sembilan di antaranya ditempatkan di Markas Batalion Artileri Pertahanan Udara Ringan 1/Kostrad di Serpong, Tangerang, Banten.
TNI bahkan menyebut meriam Giant Bow “memiliki kecepatan tembak yang spektakuler” dan “senjata yang sangat efektif untuk melawan sasaran udara yang terbang rendah”. Giant Bow salah satu senjata yang dikategorikan twin gun karena memiliki laras ganda. (Baca selengkapnya di FOKUS - Kala Meriam Asal Tiongkok Renggut Nyawa Prajurit TNI)